Mohon tunggu...
zulfinas
zulfinas Mohon Tunggu... Lainnya - Nulis

Membaca dan menulis/tidak suka suara bising/topik paporit buku dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mudah Baginya 1

17 Agustus 2023   22:58 Diperbarui: 17 Agustus 2023   23:10 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedorrr

Gedorr

Dorr

Dorr


"Mina!!!! Astaga bocah ini" Teriak Faren frustasi sambil terus menggedor pintu kamar adik perempuan satu-satunya itu.

"Faren bisa tidak pelanin gedoran kamu itu, pintunya bisa rusak kalo kamu gituin"  Teriak mama dari dapur.

"Tapi ma anaknya gak mau bangun kalo gak diginiin" Faren.

"Udah ya sini turun sarapan" Mama.

"Apasih mama, tadi ngomel katanya Faren kakak yang jahat karena selalu biarin Mina berlaku gak bener, sekarang ngomel lagi karena aku bangunin anak nakal ini, gimana sih" Omel Faren dengan suara hampir bergumam.

"Faren... " Namun masih dapat didengar oleh mama.

"Iya iya maaf ma" Faren dengan muka cemberutnya ikut bergabung di meja makan.

"Ma Rafa berangkat" Rafa si anak pertama bangkit dari meja makan untuk menyalami mama sebelum pergi.

"Hati-hati sayang" Ucap mama.

"Assalamu'alaikum" Rafa sebelum meninggalkan ruang makan.

"Waalaikumsalam" Jawab mama dan Faren bersamaan.


Brukkk!

Brakkkk!

"Aduhh mama!!! Mampus Mina kesiangan!!!!" Mina akhirnya bangun dari tidurnya setelah jatuh ke lantai.

"Tuh tau rasa, anak bandel" Faren emosi sendiri mendengar segala suara aneh dari kamar adiknya itu.

"Ck astagfirullah anak itu yaAllah anak hamba, jadikanlah dia kelak wanita yang melebihi bidadari surga mu nanti  Aamiin"  Mama beristighfar dan mengucapkan banyak doa baik dalam hati sambil terus mengusap dada menurunkan emosi yang sudah sampai ubun-ubun.

"Mama mama, liat kaos kaki putih Mina nggak?" Mina menghampiri mamanya di dapur sambil mengenakan seragam sekolahnya yang belum terpasang sempurna.

"Mama... Oh oh oke Mina tau kok dimana kaos kakinya, mama lanjutin aja kerjaannya hehe" Setelah mendapat tatapan mematikan dari sang mama, dengan buru-buru Mina kembali ke kamar untuk mencari kaos kakinya sendiri.

Tidak butuh waktu lama ia kembali keluar "Ma, kak Faren, Mina berangkat sekolah ya assalamu'alaikum" Mina menyalami tangan mama dan Faren bergantian kemudian langsung pergi.


"Waalaikumsalam" Jawab mama dalam ke tercengang melihat cara berpakaian Mina.

"Ma Faren berangkat juga Assalamu'alaikum" Faren menyalami mama.

"Tolong adikmu nak" Mama memijit kepala pening memikirkan anak perempuannya itu.
_______

Brummmmmmm

Brum

Brum

"Gawat-gawat" Mina melajukan motor ninja nya dengan kecepatan penuh.

Ia tidak peduli dengan keramaian lalu lintas di jalan raya sekarang, ia terus menyalip dengan beringas layaknya pembalap handal.

Truk pembawa tabung gas yang bertuliskan 'hanya untuk masyarakat miskin' tiba-tiba berhenti tidak jauh didepan Mina, dengan sigap Mina merem motornya. Namun karena kecepatan yang sangat tinggi membuatnya tidak bisa langsung berhenti.

"Hm mampusss" Mina pasrah sebelum menghantam truk.

Braaakkkkkk!!!

Suara benturan keras terdengar di penjuru jalan raya.

Wiu
Wiu
Wiu

Suara sirine polisi dan ambulans menjadi backsound insiden saat itu.

"Akh sakit" Mina bergumam.


"Kamu tidak apa-apa? " Seseorang terlihat menatapnya cemas.

"Dimana ini? Apakah aku bereinkarnasi ke dunia  novel kerajaan, kenapa ada pangeran disini? " Gumamnya.


"Dek... Apa kamu bisa mendengar suara ku?" Tanya orang itu lagi.


"Terdengar sangat jelas pangeran" Jawab Mina.


"Kalau begitu apa kamu bisa bangun? Kita masih ditengah jalan, bahaya" Ucap orang itu.


"Tunggu sebentar" Mina bangun dari tidurannya di tengah jalan.


Dia masih berada di jalan yang ia lalui tadi. Ia mengecek seluruh tubuhnya, dan alhamdulillah masih utuh semua. Cuman tubuhnya terasa remuk.


"Apa yang terjadi? Aku gak jadi mati?" Tanya Mina terheran-heran penuh ketidak menyangka an.


"Alhamdulillah kamu udah sadar" Orang yang dipanggil pangeran oleh Mina mengelus dada lega.

Mina beralih menatap laki-laki didepannya sekarang, wahh benar-benar pangeran di dunia nyata.


"Dek ayo sini menepi, ibu tolong bantu!" Si pangeran sibuk memindahkan Mina ke tepi jalan dengan bantuan ibu-ibu yang telah bergerombol di tepi jalan tadi.


Mata Mina tidak pernah lepas dari sang pangeran hingga ke tepi jalan.


"Minaaaa!!!!!" Teriak seseorang yang Mina kenal.


"Anda siapa? Apakah anda keluarganya? " Tanya si pangeran pada Faren.


"Iya saya kakaknya, dimana adik saya" Faren sangat cemas.


"Sebelah sini" Si pangeran membawa Faren menemui Mina.


"Mina... "


Tok

"Dasar kau anak nakal, gimana jadinya kau kalo si tukang angkut karpet tadi gak sengaja nyenggol kamu karpet hah!!! " Faren menggetok kepala Mina sepenuh hati.


"Ih, dia pangeran tau bukan tukang angkut karpet" Kesal Mina saat pangerannya dipanggil tukang angkut karpet oleh Faren.


"YaAllah pak, buru pak bawa adik saya ke rumah sakit, ini udah sekarat banget kayaknya" Faren memanggil para petugas ambulans.


"Apasih lu! Pangeran namanya siapa? " Mina yang setelah memberontak pada Faren kini bermanis-manis pada pangerannya.


"Maaf bukan mahram" Si pangeran yang tidak menerima jabatan tangan dari Mina.

"Nama saya Abdullah" Si pangeran  kedua tangan didepan dada.


"Wahhh benar-benar pangeran, saya Umina zahra, panggil aja Mina" Ucap Mina dengan tatapan penuh puja pada Abdullah.


"Buruan pak, ikat pak biar gak lepas" Faren menaikkan Mina keatas tandu ambulans secara paksa.


"Jalan pak jalan" Ucap Faren setelah berada didalam ambulans bersama Mina.


"Ih lu ngapain, gue belum Minta nomor HP Abdullah  tau, lepas" Mina memberontak.


"Pak ada suntikan bius gak pak" Faren tak tau lagi mau diapakan adik perempuannya itu, padahal darah mulai bercucuran dari kepalanya, masih aja memikirkan sesuatu yang tak berguna.


Ambulans melaju dengan cepat menuju rumah sakit terdekat
________

"Apa-apaan ini" Rafa dengan tatapan datarnya menatap kedua adiknya yang kini sudah berada di ruang rawat rumah sakit.


"Bang, adik lu kecelakaan gegara bawa motor ugal-ugalan" Jawab Faren tak habis pikir.


"Gue telat makanya buru-buru" Mina.


Rafa menghembuskan nafas berat "Faren elo gak ada kelas? " Tanya Rafa pada Faren.


"Ada satu jam lagi" Jawab Faren.

"Yaudah sana kuliah" Rafa.


"Tapi nanti mama---" Faren.


"Biar aku yang ngomong" Potong Rafa.


"Oh Oke kalo gitu gue pergi" Faren melempar senyum miring pada Mina "Assalamu'alaikum" Salamnya sebelum pergi.


"Waalaikumsalam" Jawab Rafa, sedangkan Mina membalasnya dengan cibiran bibir.


"Kamu" Rafa dengan hawa dinginnya.


"Siap kak" Berhasil menekan Mina.


"Belajar dari kejadian tadi, renungi perbuatan mu itu" Rafa.


"Iya siap kak" Mina.


"Kamu udah gede untuk paham itu Mina, tolong berhenti melakukan hal bodoh, yang dalam keadaan tidak baik-baik saja bukan hanya kamu, mama, papa dan yang lain akan ikut repot juga karena ulah mu itu" Ceramah Rafa.


"Siap kak" Mina.


"Ck... Kakak ke ruangan dulu, kamu akan disini selama satu pekan" Ucap Rafa kesal, ia tau yang dia ucapkan tadi tidak ada yang tertinggal di otak Mina.


"Ssia--- eh eh" Mina tersadar atas sebuah kejanggalan " Satu pekan?!"


Ceklk


Pintu kamar pasien telah tertutup, meninggalkan Mina sendiri di ruang kamar itu.


"Kak! Kak Rafa! Kok satu pekan? Aku baik-baik aja kok, hari ini pun aku udah kuat keluar dari rumah sakit ini" Protes Mina.


"Loh loh pintunya di kunci" Mina yang tekunci di ruang pasien.


"Kak Rafa!!! Nanti malam Mina ada balapan motor" Segala protes ia lepaskan didalam kamar itu.
_______


Sementara itu dilain tempat, lain dunia, namun tetap satu bumi.


Seorang remaja laki-laki sedang duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki terikat ditambah pencahayaan remang-remang.


Hanya terdengar suara isakan tangis di ruangan itu, ia bukanlah supermen, ia juga bisa nangis. Setelah sekian belas tahun hidup di dunia ini, kenapa ia tidak pernah mendapatkan tawa? Tawa yang sebenarnya tawa.


Selama ini ia hanya memendam banyak sakit hati dengan wajah datarnya, alih-alih tertawa justru tangislah yang banyak mendominasi hidupnya.

Ceklek


Suara kenop pintu menandakan seseorang masuk ke ruangan itu.


"Ohohoho... Duh cowok kok nangis" Suara tawa ejekan memenuhi ruangan.


"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Tanya Varhan si remaja yang terikat. 


"Menghancurkan mu hahahaha" Jawab orang itu.


Varhan menatap sosok itu dengan penuh sakit hati.


"Apa yang aku lakukan padamu sampai kau melakukan ini!" Varhan.


"Gue gak suka liat wajah songong lo itu bangsat! " Orang itu mendekat dengan membawa pemukul bola bibol.


"Terus kau ngapain gila ngebantai satu rumah, Allahhh" Varhan, tak sanggup untuk tidak menangis.


"Udah gk perlu basa basi, langsung keintinya saja. Aku hancurin bagian yang mana dulu ya" Orang itu menelisik setiap inci bagian tubuh varhan.


"Oke gue mulai dari mematahkan kaki kanan elo" Ucapnya mulai mengambil ancang-ancang.


Varhan hanya diam, ia pasrah, terserah kakak laki-laki tirinya nya itu mau apa.

Dor!!!!


Satu tembakan sukses membuat aksi orang itu terhenti sebelum beraksi.


Percikan darah mengenai wajah Varhan, sungguh kekejian macam apa lagi yang akan ia lihat setelah ini?


Lelah sudah rasanya, penyiksaan demi penyiksaan mencabik hati dan raganya sejak ia terlahir di dunia ini.


Dari kecil ia tidak diterima oleh ibunya, hingga ayah selalu mengirimnya ke pesantren agar terbebas dari siksaan sang ibu. Tak lama di pesantren, ia mendengar kabar kematian ayahnya, ia tidak sempat menghadiri pemakaman sang ayah karena permintaan ayahnya, Sang Ayah tidak ingin Varhan keluar dari pesantren sebelum menginjak umur 18 tahun.


Dan setelah keluar dari pesantren ia harus melihat pemandangan pembantaian yang dilakukan oleh kakak tirinya. Bahkan ia termasuk salah satu korban.


"Beneran udah Gila nih tai" Ucap seseorang dari arah pintu.


"Oi bocah gak apapa lo?" Orang itu menghampiri Varhan.


"Kau siapa lagi!? Mau apa hah!? YaAllah!" Mental Varhan benar-benar kacau.


"Duh galak benner, maaf ya" Ucap orang itu sebelum memukul tengkuk Varhan dengan gagang pistol. Varhanpun jatuh pingsan.


Beberapa saat kemudian Varhan kembali sadarkan diri tapi sekarang ia berada di tempat yang berbeda.


Varhan memerhatikan sekelilingnya, tempat itu penuh dengan gambar random hitam putih.


"Tengkorak" Varhan membaca tulisan besar di tembok.


"Yoi, elo lagi di markas Tengkorak" Ucap seseorang dari belakang Varhan.


"Kau siapa?" Tanya Varhan, heran sebenernya ada berapa banyak pemeran di cerpen ini?


"Gue ZONK!" Ucap orang itu memperkenalkan diri. Varhan sampai terkejut ketika si Zonk ini menyebut namanya dengan suara keras secara tiba-tiba.


"Gue di suruh awasin elu sampai ketua pulang" Ucap Zonk.


"Ngapain aku disini?" Varhan masih tidak mengerti dengan yang terjadi.


"Gue gak tau, mending tiduran lagi aja, ketua bakalan pulang pagi" Ucap Zonk.


"Gak aku mau ke kantor polisi" Varhan bangkit dari sofa.


"Woi, awas aja lo sampai lapor polisi" Zonk maju dengan sikap ala jagoan.


Bukk!


"Aku gak peduli" Varhan menghajar si Zonk.


Dalam satu pukulan Zonk seketika tersungkur.


Varhan berjalan menuju pintu, ketika ia membuka pintu puluhan lampu motor menyilaukan mata memasuki pagar dan berhenti tepat didepannya.


"Oh udah bangun lo jagoan" Ucap si sosok yang menembak kakak tirinya tadi.


Puluhan orang-orang dengan jaket yang sama memasuki bascam.


"Ini" Si sosok penembak melempar cocacola dingin pada Varhan.


Varhan menangkapnya dengan bagus "udah mau pulang?" Tanya orang itu?


"Adam dia mau pergi lapor polisi" Adu Zonk.


"Dia juga mukul gue" Ucapnya lagi.


Orang yang dipanggil Adam itu tertawa melihat bekas pukulan di wajah Zonk.


"Maksud gue bawa elo kesini, cuma mau tawarin elo masuk geng Tengkorak, tapi kalo elo mau pulang gak apapa, silahkan" Ucap Adam selaku ketua geng Tengkorak ini.


"Adam tapi dia mau lapor polisi" Protes Zonk.


Salah stau dari anggota mereka menahan tangan Zonk agar tidak protes lagi.


Adam memasukkan tangannya di saku celana, dan Varhan terlihat sedang mengamati.


"Aku tidak tau geng seperti apa geng Tengkorak ini, tapi aku Terima tawaran mu" Ucap Varhan setelah cukup lama berpikir.


"Hehehe welcome, guys!!! Sambut anggota baru kita! " Ucap Adam dan di balas sorakan dari semua anggota.


Seluruh anggota mengepung Varhan dan
Bak!

Buk!

Pang!

Berbagai pukulan mengenainya dari hampir seluruh anggota.


"Pertama elo akan di tes, tingkat apa yang cocok untuk elo tempati" Ucap Adam jalan melewati Varhan yanga sudah dalam keadaan sekarat.


Varhan yang paham apa maksud Adam pun bangkit kembali. Ia mulai melawan setiap orang yang menghajarnya dengan sekuat tenaganya.


Hingga beberapa jam kemudian.


"bawah dia ke tingkat 1" Ucap Adam setelah Varhan benar-benar tak sadarkan diri.


"Waww" Zon terkagum sendiri, bahkan dia yang sudah satu tahun di Tengkorak masih saja berada di tingkat 3.
_______


"Ma... Mina juga gak tau bisa sampai seperti ini" Bela Mina untuk dirinya sendiri.


"Udah ya Mina, mama gak mau dengar pembelaan" Mama.


"Tapi ma, Mina lagi ujian, gimana dong nanti nilaiku kalau di kurung disini" Mina.

"Oh tumben sekali kamu bahas nilai pada mama" Mama dengan tatapan mematikannya.


"Kan kan kenyataannya gitu ma" Mina.

"Nyatanya kamu tuh perlu di kasih pelajaran biar  jerah Mina" Mama emosi.

"Mama" Mina manja.

"Assalamu'alaikum" Salam Rafa memasuki kamar rawat Mina.

"Waalaikumsalam" Jawab Mina dan mama bersamaan.

"Aku udah bicara sama gurumu dan kamu diperbolehkan ujian dari sini, online" Ucap Rafa membawa ipet.

"Silahkan kerjakan" Ucapnya lagi setelah menyerahkan ipet pada Mina.

Mina menerimanya dengan terpaksa dan penuh cibiran dalam hati.

Sangat lama bagi Mina satu pekan berlalu, hingga kini ia sudah kembali bersekolah normal.

"Nah itu dia" Mina turun dari motornya dan menghampiri seseorang yang baru saja sampai di mushola.


"Assalamu'alaikum Abdullah" Salamnya.

"Waalaikumsalam" Jawab Abdullah.

"Abdullah ini milk shake buat kamu, sebagai tanda Terima kasih ku waktu itu" Mina memberikan milk shake yang ia beli sepulang sekolah tadi.

"S-siapa ya?" Abdullah tidak mengenali Mina.

"Oh saya Mina, Umina Zahra yang kamu selamatkan satu pekan lalu" Mina memperkenalkan dirinya kembali.

"Oh anak sekolah kemarin itu yang tidak sengaja kesenggol karpet" Abdullah mengingat kenangan satu pekan lalu.

"Ah iya, kurang lebih gitu, kamu nyelamatin aku dari nabrak truk gas" Mina.

"Oh iya iya aku ingat sekarang, makasih minumannya, padahal kamu gak perlu repot gini" Abdullah menerima minumannya dengan senang hati.

"Ah gak apapa kok" Mina salting.

"Ini udah mau malam mending kamu pulang deh, baru pulang dari sekolah kan" Abdullah membuat Mina semakin salah tingkah.

"Iya udah mau pulang ini" Mina menaiki motornya.

"Oh iya, Mina jum'at depan datang kesini lagi ya--" Ucapan Abdullah belum selesai dan langsung Mina potong.

"Asiap pasti, oke dada Assalamu'alaikum" Mina mulai menyalahkan mesin motornya.

"Waalaikumsalam hati-hati jangan ngebut" Abdullah cemas sendiri melihat tingkah anak remaja itu.

Mina mengangguk dengan senyum secerah bunga matahari, kemudian melaju motornya dengan se pelan mungkin.

"Ah dunia terasa seperti gulali, manis sekali" Ucap Mina setelah memarkir motor di dalam garasi.

Tok!


Satu getokan dari Faren di kepalanya terdengar nyaring.


"Dasar lu ya anak bandel, sini kunci motor gue buru!" Geram Faren sambil menjewer telinga adiknya itu.


"Duh duh santai dong, ini dipinjam bentar doang juga" Mina tanpa rasa kapok sama sekali.


Tok
Tok
Tok


Faren terus melepaskan getokan demi getokan ke kapala Mina "emmm mampus lu mampus" Kesalnya.


"Kak Faren, lepas nanti rambut gue berantakan" Mina gak Terima.


"Kalian berdua dari mana aja baru pulang sekarang?" Tanya mama yang tiba-tiba berada di sana.


"Eh mama" Mina seketika berhenti dengan tingkahnya.


"Kami dari beli minuman sebelum pulang ma" Faren.


"Yaudah masuk bersih-bersih kemudian makan, papa udah nungguin kalian dari tadi" Mama.


"Papa?" Mina dan Faren bersamaan.

"Iya, papa pulang Sore tadi" Mama.

Mina dan Faren saling bertatapan.

Beberapa saat kemudian, mereka telah siap dimeja makan.

"Faren bagaimana kuliah mu?" Tanya papa setelah meneguk air minumnya.

"Baik pa alhamdulillah" Jawab Faren.

"Hm baguslah, papa berniat masukin kamu di pasukan" Papa.

"Gak masalah" Faren Oke oke saja.

"Umi" Papa beralih pada Mina, ia selalu memanggil anak perempuan nya itu dengan sebutan Umi. 


"Uhuk... Uhuk... Iya pa hihi" Mina degdegan poll.


"Bagaimana sekolah mu?" Tanya papa.

"Alhamdulillah pa" Mina Tiba-tiba jadi kalem.


"Hm hehe habis ini temui papa di ruangan" Ucapnya setelah terkekeh pelan.

"B-baik pa" Mina.

Papa adalah seorang tentara negara, dia jarang pulang, dan sekaligus sosok yang paling ditakuti di rumah.

"Papa mau kopi?" Tawar mama.

"Boleh" Jawab papa.

"Duh sidangnya lama nih nanti" Mina dalam hati.

Setelah selesai makan Mina membantu mama merapikan meja makan dan mencuci piring.

Setelah semuanya selesai, ia pun menuju ruangan papanya.

"Assalamu'alaikum" Mina mengetok pintu.

"Waalaikumsalam masuk" Jawab papa dari dalam.

Mina masuk sementara Faren keluar dari ruangan sang papa.

"Mampus" Ucap Faren dengan hanya gerakan mulut tanpa suara saat berpapasan dengan Mina.

Mina melotot kan matanya seakan ingin menerkam kakaknya itu.

Mina duduk di kursi depan meja papa, seperti biasa jika sidang berlangsung.

"Mina motor kamu udah papa buang, mulai  sekarang dan seterusnya kamu berangkat sekolah bersama Faren" Ucap ayah langsung poin.


"Kenapa dibuang pa?" Mina miris.

"Kenapa?" Papa.

"Iya soalnya itu barang berharga pa, kenapa dibuang kan bisa di jual gitu?" Mina.


"Kamu itu Umi, papa buang karena motor itu memang sudah tidak bisa digunakan, motor itu sudah hancur gara-gara kamu" Papa memijit pangkal hidungnya.

"Oh m-maaf pa" Mina.


"Jadi apa lagi yang akan kamu lakukan setelah ini? " Papa menatap Mina serius.

"Iya? Eh eeee hidup pa" Mina tidak tau mau menjawab apa pertanyaan papanya itu.

"Ck... Yaudah kekamar sana" Papa pusing.

"Sidangnya udah selesai? " Mina bingung.

"Sidang? " Papa.

"Maksud aku papa udah selesai? " Mina.

"Udah sana" Papa.

Mina beranjak dari duduknya dengan penuh kebingungan, ayahnya ini selalu membuat dirinya bingung.

"Mina, jaga jarak dengan laki-laki yang bukan mahram mu, jangan bermudah-mudahan dengan laki-laki" Pesan papa sebelum Mina memutar kenop pintu.

Mina sempat tertegun di sana, bagaimana bisa papa tau ia sedang genit sama Abdullah.


"I-iya baik pa" Mina berbalik memberikan senyum sepalsu mungkin sebelum meninggalkan ruangan papanya.

"Astaghfirullah" Papa tak habis pikir dengan tingkah anak perempuannya itu.

Tok
Tok
Tok

"Masuk"


Mama memasuki ruangan papa dengan membawa secangkir kopi. 

"Bagaimana perkembangan anak -anak papa? Makin hebat-hebat kan? " Mama. 

"Aamiin Aamiin ya Rabbal Alamain" Papa mengusap wajahnya penuh hikmat. 

"Maafin mama pa" Mama tiba-tiba murung sendiri. 

"Hmm kenapa? " Papa. 

"Mama merasa gak becus sebagai seorang ibu" Mama. 

Papa tersenyum kecil, ia menyeruput kopinya sebentar kemudian memajukan dirinya sedikit ke depan. 

"La tahzan" Ucap ayah lembut sambil mengelus kepala mama. 

Mama mengangkat kepala nya yang tertunduk, menatap papa. 

"Ma, mereka itu titipan Allah, yang punya Allah. Kita gak bisa dan gak akan pernah bisa ngatur mereka untuk persis sesuai keinginan kita" Papa. 

Mama menatap papa dengan penuh kekaguman. 

"Tapi, kan Allah yang punya hati kita, Allah yang membolak balikkan hati dengan mudah. Mungkin bukan usahanya mama yang gak membuahkan hasil  tapi Allah sedang ingin mama banyak meminta pada Allah, berdoa" Papa. 

 Mama meneteskan air mata tanpa sadar "padahal mama tau kok Allah Maha pembolak balik hati, tapi masih aja ngeluh kek gini astaghfirullah" Mama terisak. 

Papa berdiri dari duduknya menghampiri mama, dan membawa mama kedalam pelukannya "terimakasih telah bekerja keras di rumah, mama pasti lelah" Papa. 

Tangis mama makin deras begitupun pelukannya semakin erat pada sang suami " Huhu mama kangen banget sama papa" Mama mencurahkan isi hatinya. 

Seperti itulah doa, diciptakan sebagai kekuatan hati. 

Doa sebagai obat untuk sakit hati, sebagai penyambung untuk rindu, sebagai ungkapan untuk cinta, dan senjata untuk mendapatkan sesuatu. Memang indah, sangat indah barakallahu fiik. 

Bersambung... 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun