Saat ditanya seperti itu, genggaman tangannya jadi semakin erat. Dingin di tangannya merayapi lenganmu, menjalari bahu, mendirikan tenguk, serta perlahan merembes ke dada, ke jantung. Dan lagi udara seperti dimampatkan hingga tak bisa masuk ke dadamu, kau tersedak hingga hampir terjatuh, sebelum akhirnya Kartika menahanmu hingga wajah kalian bertatapan dengan dekat.
"Tak sukakah kau ku pandangi?" Kartika tersenyum. Seperti dulu, ia kini menggodamu. Kau segera memalingkan muka.
"Aku hanya ingin menikmati momen ini saja, sedikit kata, hanya kita berjalan bersisian, maka izinkan aku untuk mengabadikan ini," ucap Kartika setengah lirih.
Lalu kalian pun berjalan bersisian, saling menggenggam di bawah pias cahaya rembulan. Perjalanan yang harusnya terasa panjang itu begitu singkat, seakan waktu adalah kain yang dapat dilipat.
"Bagaimana kau akan mengingatku jika kelak aku sudah tidak ada?" tiba-tiba Kartika bertanya. Kau terhenyak, bingung harus menjawab apa.
"Kalau aku, kau akan kuabadikan dalam tulisan, kau menjadi tokoh utamanya, begitulah caraku akan mengenangmu" ucap Kartika dengan senyum yang ia paksakan.
"Lah, memangnya kita tidak akan bertemu lagi?" tanyamu kepada Kartika dengan bingung.
"Kan siapa tahu," balas Kartika.
Dan perjalanan panjang itu pun semakin menuju akhir, basecamp tempat kalian tinggal dari jauh sudah terlihat. Di kejauhan kau melihat basecamp kalian diselubungi banyak cahaya lampu, ada beberapa orang yang terlihat berkumpul di sana.
Kau mempercepat langkahmu, sekadar hendak memastikan apa yang sedang terjadi di basecamp. Sementara itu Kartika menggenggam tanganmu semakin erat, ia seakan menahanmu agar tidak pergi ke basecamp.
Kau berjalan dengan sedikit tertahan, karena Kartika benar-benar enggan kembali ke basecamp, genggaman tangannya terasa makin erat ketika kalian akhirnya tiba di halaman basecamp. Semua orang di sana memandang kalian, tapi tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Semuanya membisu.