Mohon tunggu...
Zulfan Elba
Zulfan Elba Mohon Tunggu... Buruh - Last Hope for Last Love

Penulis amatir yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Last Hope for Last Love Jilid 3: Yang Terbaik

30 Juni 2022   09:08 Diperbarui: 30 Juni 2022   09:20 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diawali dengan kedatangan sahabat terbaikku, Ari. Seperti biasa kita berbicara tentang berita terbaru yang pastinya bukan gosip, hehehe....

Saat giliranku bercerita, hal yang sangat pasti adalah bagaimana penilaiannya dengan cerpen jilid 2. Dan Alhamdulillah, dia melayangkan pujian yang cukup baik. Meskipun bahasanya sedikit sulit untuk dimengerti untuk kaum awam karena menyisipkan bahasa kimia, namun keseluruhan isi benar - benar mendukung judulnya.

Santap siang pun dimulai dengan doa bersama, berharap dengan bertambahnya umurku semakin membawa dalam keberkahan dan manfaat untuk orang-orang. Satu sesi yang sangat kuingat, ketika Ari memimpin doa dan berkata " semoga segera dipertemukan dengan jodohnya, Aamiin ", sontak orang tuaku membalas " Aamiin, masih jauh Ri ". Aku pun hanya tersenyum kecil, dalam hati aku berdoa semoga sosok bernama jodoh itu datang dengan rasa dan waktu yang tepat. 

Tak terasa sudah menjelang waktu shalat Zuhur, aku pun mengintip beranda ponsel ku sebentar. Hal yang cukup mengejutkan terjadi, ketika Pita memberiku ucapan lewat pesan singkat. Aku pun terdiam dan memilih untuk tidak membalasnya terlebih dahulu. Setelah selesai menunaikan shalat, aku pun membalasnya dengan ucapan terimakasih beserta emoticon salam Namaste. Tak ada respon lebih lanjut darinya, aku pun tak berusaha untuk menambah topik pembicaraan. Mencukupkan tanpa basa - basi, karena sudah ditutup dengan rasa kecewa dalam hati. 

Dilanjutkan dengan sesi foto bersama Ari, tak ragu kami berbagi momen ini lewat cerita media sosial masing-masing. Tak terasa pertemuan hari ini cukup singkat, tapi banyak hal yang akan dikenang sangat lekat. Pertemuan yang dirasa menjadi pertemuan terakhir sebelum dia pulang kembali ke tanah Sriwijaya. Saling mendoakan dan saling menjaga tali silaturahmi menjadi cara kami menguatkan satu sama lain. Dia sahabat terbaik, terimakasih atas inspirasi dan motivasi untuk menjadikanku lebih baik.

Tak sampai disitu, hari ini terasa lengkap diakhiri dengan kedatangan sahabat pertama, sahabat masa kecilku Wawan. Tak disangka dia datang membawa bingkisan kecil untukku. Lagi lagi aku harus mengucapkan terimakasih atas gambaran kecil dari sekian banyak lukisan nikmat Tuhan, menghadirkannya dalam sosok kedua sahabatku ini.

Jamuan pun dimulai. Sama seperti obrolan siang tadi bersama Ari, kami membahas mengenai hal - hal teraktual dan menyelipkan sedikit hal tentang masa kecil dan masa lalu. Setelah menjamu nya makan malam, tak lupa aku pun menyuruh nya untuk membaca sekilas cerpen baruku. Aku pun mencoba membantunya memahami isi cerita. Ya wajar saja dia tak paham, anak IPS. Setelah dia selesai membaca dan mengerti maksud dari cerpenku, dia pun berpesan, " Sabar jak Bro, semoge pengorbanan kau selame ini ndak sie-sie dan bise kau ambil hikmahnye ". 

Bahagia itu sederhana, memang benar. Bukan hanya soal banyaknya harta, tingginya tahta maupun gandengan tangan wanita, tapi kehangatan keluarga dan kekonyolan sahabat setia pun juga bisa membuat bahagia. Yang terbaik adalah membahagiakan mereka, keluarga & sahabat.

Yang Terbaik, Memantaskan Diri

" Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, tapi tidak mempersatukan ". Ya, sebuah kalimat yang singkat namun menusuk tajam bagaikan pedang. Kalimat ini juga yang mendorong semangatku untuk terus belajar memantaskan diri. Melakukan semua ini agar yang datang tidak akan pernah pergi ( masa depan ) dan yang pergi takkan pernah kembali datang ( masa lalu ).

Hari demi hari dilewati, bulan demi bulan terus berubah bentuknya, tahun demi tahun terus berubah musimnya. Aku masih terjebak dalam hingar-bingar dunia kerja. Aku lupakan semua tentang rasa manja, hingga jarang melihat matahari dikala senja. Aku lupakan sejenak impian demi sebuah kebutuhan. Bumi belum pulih, aku pun belum bisa beralih. Bersabar menghadapi nasib, tetap yakin bahwa rezeki dari-Nya takkan pernah raib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun