Ilkay dibesarkan di Turki. Dan, keluarganya adalah menyukai sepak bola. Ketika tim Turki main di ajang Eropa, keluarganya nonton, menghentikan semua aktivitas dan pekerjaannya. "Mereka akan mendukung tim seolah hidup mereka bergantung padanya," ucap Ilkay Gundogan.Â
Galatasaray mampu menjadi kampiun UEFA pada 2000 silam, mengalahkan Arsenal lewat drama adu penalti. Ilkay pada masa itu berusia 9 tahun. Sementara Ilhan, Pamannya saat itu sudah berumur 15 tahun. Pamannya menangis haru karena Galatasaray juara UEFA. Laga itu terjadi pada 17 Mei 2000. Laga itu pula yang disebut-sebut laga Tragedi Berdarah di Final Piala UEFA.Â
"Ha ha ha! Dia menangis seperti bayi!!Â
"Itu adalah Piala UEFA"
Dua kalimat kutipan langsung di atas, merupakan perkataan Ilkay. Â
Lalu, Ilkay Gundogan bertanya.Â
"Jadi bisakah Anda membayangkan apa arti Liga Champions? Bisakah Anda bayangkan apa artinya bagi saya ketika saya nanti bermain di dalamnya?"Â
2013 Ilkay gagal memenangkan final Liga Champions
2013, Ilkay telah bermain di Bundesliga bersama Dortmund. Di musim itu, Dortmund masuk final Liga Champions, lawannya adalah sang rival, Bayern. Dan Dortmund harus mengakui keperkasaan Munchen, 2:1.Â
Saat itu Ilkay macam orang tak punya uang tapi dalam keadaan ingin belanja untuk hidup. Berpikir. Seakan baginya final tadi di Liga Champions adalah yang terakhir. "Kapan aku akan mendapatkan kesempatan seperti itu lagi?" Sementara Ilkay ingin trophy Liga Champions. Karena, baginya Liga Champions adalah cinta dalam sepak bola.Â
"Betapa saya mencintai Liga Champions," kata Ilkay.Â