Mohon tunggu...
Zubaili
Zubaili Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer - Aceh. "Belajar Harus Berguru, Bukan Meniru"

Menulis adalah bagian dari belajar. Dengan belajar, kita bisa mengajar... Dengan mengajar, kita bisa belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Catatan Terakhir Buku Kecil Harianku (2)

2 Juni 2024   08:42 Diperbarui: 2 Juni 2024   08:46 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 "Iya, Pak" Sahutku

 "Hari ini, hari pertama kamu melakukan kesalahan ataupun pelanggaran, dan bapak berharap kamu juga tidak mengulanginya lagi, cukuplah hari ini hari pertama dan terakhir kamu melanggar peraturan sekolah." Ujar Pak Radhi. 

"Iya, pak". Jawabku singkat. 

"Sekarang, coba kalian semua perhatikan, apa yang ada ditangan bapak hari ini." 

"Lalat, Pak!" Jawab kami secara berjamaah.

 "Betul sekali, di tangan bapak sekarang ada dua toples, yang kedua toples ini berisi lalat dengan kondisi yang berbeda, satu sudah tidak bernafas, dan yang satunya lagi masih bisa menghirup udara segar. Mungkin diantara kalian ada yang bertanya kenapa yang satu mati dan yang satu lagi masih hidup?? Jawabannya adalah karena yang mati mengulangi kesalahan yang sama. Sedangkan yang hidup, sebaliknya. Lalat yang mati, dia terjebak didalam toples dan mencoba keluar dengan cara beterbangan kekiri, kekanan, depan dan belakang, tetapi tak kunjung berhasil karena terhalang oleh kaca. Dia terus berusaha sekuat tenaga untuk bisa terbebas dari 'penjara' tetapi kesalahan yang sama kembali dia lakukan, alhasil diapun kelelahan dan jatuh sekarat, dan akhirnya mati. Sedangkan lalat yang masih hidup ini..." sambil membuka tutup toplesnya, dan lalat pun mencoba keluar, dan berhasil keluar dengan selamat.

 Kami mendengar dengan penuh penghayatan sambil mengangguk-angguk kepala mengiyakan pencerahan dari Pak Radhi. 

Pak Radhi melanjutkan siraman rohaninya;

 "... dia juga terjebak di dalam toples, dan mencoba berusaha keluar dengan cara beterbangan kekiri, kanan, depan dan belakang, dan juga tak kunjung berhasil. Dia terus berusaha sekuat tenaga untuk terbebas dari 'penjara', dia mencari jalan alternatif yang lain yaitu keatas, dan dia berhasil. Akhirnya dia bebas dari 'penjara' dengan selamat. Keberhasilannya karena dia tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan belajar dari kesalahan yang pertama. Kisah yang bapak sampaikan ini kalian renungkan, dan kalian jadikan sebagai batu loncatan untuk menjadi orang yang sukses dengan cara tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan jadikanlah pengalaman sebagai guru terbaik, karena kita dapat memetik pelajaran berharga dari setiap kejadian yang pernah menimpa kita, bukan sebaliknya hanya sekedar mengalami, dan mengalaminya saja yang akhirnya kita terpuruk kedalam 'lembah kegagalan'. Dan InsyaAllah dengan mengikuti peutuah yang bapak sampaikan, kalian akan menjadi orang yang sukses kedepan. Aamiin."

 "Aamin.." Ucap kami secara berjamaah tanpa dikomandoi. 

"Kalian sudah mengerti?." Tanya pak Radhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun