"Huuufff, Nasib... Nasib.." Gumamku dalam hati.
 "Sekarang coba dengar bapak baik-baik, dan tidak boleh ada yang ribut seorang pun." Ujar pak Radhi mengawali pembicaraannya, sambil menenteng dua toples kaca ukuran mini, satu toples berisi satu lalat yang sudah mati, dan satu toplesnya lagi berisi satu lalat yang masih hidup. Kami pun saling pandang-memandang melihat gelagat Pak Radhi yang aneh tersebut.
 "Hukuman apalagi yang akan diberikan Pak Radhi kepada kami, tidak seperti hari-hari yang lain , biasanya hanya ceramah sebentar setelah itu dipersilahkan masuk ke kelas masing-masing ,tidak pernah Pak Radhi memegang toples yang berisi lalat seperti yang dilakukan hari ini disaat menghukum siswanya yang bermasalah." Gumamku didalam hati.Â
"Hari ini kalian telah melanggar peraturan yang berlaku disekolah ini, dengan porsi kesalahan yang berbeda-beda, ada yang porsinya kecil, sedang, bahkan ada yang porsinya berat. Dan kesalahan kalian telah kalian bayar dengan pengabdian kalian tadi. Belajarlah dari kesalahan ini! Dan ingatlah, jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama."
 "Iya, pak." Sahut kami semua.Â
Kemudian Pak Radhi melanjutkan ocehannya;
 " Andi.. Zaki..Bakri"Â
"iya, pak." Jawab mereka spontan.
 " kalian sudah berulang-ulang melakukan kesalahan yang sama, kesalahan yang kalian lakukan harus kalian akhiri dan hari ini adalah hari terakhir kalian melakukan kesalahan, dan tidak boleh lagi kalian mengulanginya dihari-hari berikutnya." Sambung Pak Radhi.
 "Iya, Pak" Jawab mereka.Â
 "Muhammad.."