5. Know When to Walk Away
Kadang, pilihan terbaik adalah pergi. Memang tidak mudah, tapi ingat, kamu layak mendapatkan yang lebih baik.
6. Healing Time
Setelah keluar dari toxic relationship, beri waktu untuk dirimu sendiri. Healing itu proses, bukan microwave yang bisa instan.
Kesimpulan: Love Shouldn't Hurt
Cinta memang buta, tapi bukan berarti kita harus menutup mata terhadap red flags. Toxic relationship bisa sangat merusak, baik secara mental maupun fisik. Tapi ingat, selalu ada jalan keluar. Kamu layak mendapatkan cinta yang membuatmu tumbuh, bukan cinta yang membuatmu layu seperti tanaman kekurangan air.
Jadi, mulai sekarang, mari kita jadikan hubungan kita lebih sehat dari makanan organik dan lebih manis dari gula aren. Karena pada akhirnya, cinta yang sehat itu seperti es krim di hari panas: menyegarkan, membahagiakan, dan bikin ketagihan (dalam arti yang baik, tentunya).
Nah, bagaimana pengalamanmu dengan toxic relationship? Ada tips lain yang ingin dibagikan? Yuk, share di kolom komentar! (Tapi ingat ya, kolom komentar bukan tempat untuk curhat tentang mantan. Hehe.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H