Puncak cerita terjadi ketika narator mendengar suara detak jantung yang ia kira berasal dari mayat yang telah dia sembunyikan. Suara ini semakin keras dan menciptakan efek yang mengerikan, mencerminkan perasaan bersalah dan kegelisahan dalam pikiran narator.
7. Penutup yang Mengguncang:
Cerpen ini ditutup dengan penutup yang menegangkan dan meresap di mana narator kembali meyakinkan pembaca bahwa dia tidak gila sambil merasa terhantui oleh suara detak jantung yang tak henti-henti. Penutup ini menciptakan kesan yang kuat dan mengundang refleksi tentang batas antara kewarasan dan kegilaan.
Poin-poin tersebut menciptakan gambaran yang menegangkan dan mencekam tentang kegelapan batin manusia, mengilustrasikan betapa perpecahan mental dapat merusak persepsi individu tentang realitas.
PENUTUP
Cerpen "The Tell-Tale Heart" adalah contoh nyata bagaimana narasi yang penuh ketegangan dan perpecahan psikologis dapat menciptakan karya yang mengguncang dan abadi. Cerpen ini juga adalah karya sastra yang merangsang pikiran dan emosi.Â
Dengan gaya penulisan yang unik dan gaya narasi yang intens, Edgar Allan Poe membawa kita ke dalam pikiran seorang individu yang terobsesi dan menderita, menggambarkan betapa destruktifnya kegilaan dan mempertanyakan batas antara akal sehat dan gila. Cerita ini adalah contoh sempurna dari bagaimana penulis bisa menggambarkan gelapnya jiwa manusia melalui kata-kata dengan cara yang memikat dan menegangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H