PENDAHULUAN
"Philosophical Investigations" adalah karya penting kedua oleh filsuf Austria Ludwig Wittgenstein, yang merupakaan lanjutan dari pendekatannya dalam pemikiran filosofis setelah "Tractatus Logico-Philosophicus." Diterbitkan secara anumerta pada tahun 1953, buku ini menghadirkan pergeseran paradigma dalam pemahaman Wittgenstein tentang bahasa, pemikiran, dan makna. Karya ini dikenal dengan gaya penulisan yang lebih longgar dan eksploratif daripada pendekatan formal dan terstruktur di "Tractatus."
Dalam "Philosophical Investigations," Wittgenstein merenung tentang permainan bahasa, komunikasi, dan makna dalam konteks sehari-hari. Ia menekankan penggunaan bahasa sebagai aktivitas praktis, dengan fokus pada berbagai permainan bahasa yang mencakup berbagai bentuk komunikasi manusia. Ia mengajukan gagasan bahwa makna kata-kata bergantung pada konteks penggunaan dan permainan bahasa tertentu. Konsep "bahasa permainan" ini menjadi sentral dalam karya ini.
Buku ini tidak lagi berusaha menemukan solusi akhir terhadap masalah-masalah filosofis seperti "Tractatus," melainkan Wittgenstein lebih mengajak pembaca untuk merenung dan mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pemikiran filosofis. Dalam serangkaian pengamatan dan dialog, Wittgenstein mengeksplorasi banyak topik, termasuk makna kata, norma-norma sosial, aturan-aturan logika, dan asumsi-asumsi tentang realitas.
Salah satu aspek menonjol dalam "Philosophical Investigations" adalah konsep "keluarga permainan bahasa" (language-game family). Wittgenstein menggambarkan bagaimana berbagai permainan bahasa terkait dan terhubung, meskipun tidak ada definisi yang tetap atau prinsip umum yang mengikat semuanya. Konsep ini membantu mengilustrasikan keanekaragaman penggunaan bahasa dan keragaman peraturan yang memandu komunikasi.
Buku ini juga menyoroti pentingnya konteks dan penggunaan bahasa dalam menentukan makna. Wittgenstein mengajukan bahwa makna sebuah kata tidak terletak dalam entitas mental yang terisolasi, tetapi dalam penggunaannya dalam situasi konkret. Pengamatan terhadap bahasa sehari-hari membantu membuka wawasan tentang bagaimana bahasa bekerja dan mengapa sering kali terjadi kebingungan filosofis.
Dalam "Philosophical Investigations," Wittgenstein menolak pendekatan filsafat yang mengarah pada kerumitan dan abstraksi yang tidak perlu. Dia mengundang pembaca untuk mempertanyakan asumsi-asumsi yang dianggap sebagai dasar pemahaman kita tentang dunia. Karya ini memperluas cara pandang kita terhadap bahasa, pemikiran, dan realitas, serta memberikan kontribusi penting terhadap aliran filsafat bahasa, pragmatisme, dan pemikiran kontemporer.
BIOGRAFI
Ludwig Wittgenstein adalah seorang filsuf kelahiran 26 April 1889 di Wina, Austria-Hongaria (sekarang Wina, Austria), dan dia merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran filosofis modern. Kehidupannya yang penuh perjalanan dan transformasi pemikiran mencerminkan kompleksitas pemikiran filosofis yang diajukan dalam karyanya, terutama dalam "Tractatus Logico-Philosophicus."
Wittgenstein lahir dalam keluarga kaya dan berpengaruh. Ayahnya, Karl Wittgenstein, adalah seorang industrialis kaya dan seorang kolektor seni. Keluarganya memiliki latar belakang budaya Yahudi, meskipun mereka kemudian masuk agama Katolik. Wittgenstein adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Kehidupan keluarganya penuh dengan tekanan budaya dan harapan untuk sukses.
Pada awalnya, Wittgenstein menunjukkan minat pada teknik dan ilmu alam. Ia belajar teknik mesin di Berlin dan Manchester, tetapi minatnya segera berpindah ke filosofi dan matematika. Dia mulai merenungkan tentang masalah filosofis dan konsep-konsep bahasa selama masa ini.
Pada tahun 1911, Wittgenstein pergi ke Cambridge, Inggris, untuk belajar di bawah bimbingan filosof berpengaruh, yaitu Bertrand Russell. Selama di Cambridge, Wittgenstein mengembangkan gagasan-gagasan awalnya yang kemudian menjadi inti dari "Tractatus Logico-Philosophicus." Dia berfokus pada hubungan antara bahasa, logika, dan realitas, yang membawanya pada konsep pemikiran terstruktur yang dia jelaskan dalam karyanya.
Wittgenstein terpaksa memutuskan studinya dan kembali ke Austria pada awal Perang Dunia I. Dia mendaftar sebagai sukarelawan di tentara Austria dan bertugas sebagai petugas artileri. Selama masa perang, Wittgenstein melanjutkan pemikiran filosofisnya, dan setelah perang, dia kembali ke Cambridge untuk mengembangkan dan mengartikulasikan konsep-konsepnya lebih lanjut.
Hasil dari pemikiran dan penelitiannya adalah "Tractatus Logico-Philosophicus," yang diterbitkan pada tahun 1921. Karya ini menciptakan dampak besar dalam dunia filsafat dan membawa perubahan paradigma dalam pemikiran tentang bahasa, logika, dan pemahaman manusia tentang realitas.
Namun, setelah menerbitkan "Tractatus," Wittgenstein merasa bahwa dia telah mengatasi masalah-masalah filosofisnya dan memutuskan untuk meninggalkan dunia akademis. Dia menjalani beberapa tahun di berbagai tempat, termasuk bekerja sebagai guru sekolah di daerah pedesaan Austria. Selama periode ini, dia terus merenung dan mengembangkan pemikiran baru.
Pada tahun 1930-an, Wittgenstein kembali ke dunia akademis. Dia kembali ke Cambridge dan mengembangkan pandangan baru tentang filosofi dan bahasa. Hasil dari pemikirannya ini muncul dalam karyanya yang kedua, "Philosophical Investigations," yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1953 setelah kematiannya pada tahun 1951.
Kehidupan Wittgenstein mencerminkan perjalanan intelektual dan emosional yang kompleks. Dia menggambarkan transformasi pemikiran yang signifikan dari pendekatan formal dan terstruktur dalam "Tractatus" menjadi pendekatan yang lebih kontekstual dan pragmatis dalam "Philosophical Investigations." Kehidupannya yang beragam dan pemikirannya yang mendalam telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan filsafat modern.
STRUKTUR PENULISAN
"Philosophical Investigations" oleh Ludwig Wittgenstein tidak memiliki struktur yang terorganisir dalam bab-bab seperti buku pada umumnya. Buku ini lebih mengadopsi pendekatan tematik dan eksploratif, di mana gagasan-gagasan dan pengamatan-pengamatan disajikan dalam bentuk potongan-potongan teks yang berhubungan. Oleh karena itu, tidak ada urutan linear dari bab ke bab dalam buku ini. Namun, saya pikir tetap perlu memberikan gambaran umum tentang topik-topik yang dijelaskan oleh Wittgenstein dalam buku ini dan mengilustrasikan dengan beberapa argumen kunci yang ditemukan di dalamnya:
1. Pendahuluan dan Konsep Bahasa Permainan:
Wittgenstein memperkenalkan konsep "bahasa permainan" (language-game) sebagai landasan pemikiran dalam buku ini. Ia menunjukkan bahwa makna kata-kata tidak muncul dari definisi tetap, melainkan dari permainan bahasa yang terkait dengan konteks tertentu. Ini menyoroti bahwa penggunaan bahasa memiliki peraturan-peraturan yang tergantung pada situasi.
2. Makna dan Penggunaan:
Wittgenstein mengeksplorasi bagaimana makna kata-kata terbentuk melalui penggunaan dalam situasi konkret. Ia berpendapat bahwa kata-kata mendapatkan makna melalui peran fungsionalnya dalam bahasa permainan. Misalnya, dalam "permainan" menyebutkan warna, kata "merah" memiliki makna berdasarkan penggunaannya dalam konteks warna.
3. Private Language Argument (Argumen Bahasa Pribadi):
Wittgenstein mengajukan argumen yang menantang gagasan tentang bahasa pribadi, yaitu bahasa yang hanya dimengerti oleh individu tertentu. Ia berpendapat bahwa bahasa memiliki makna karena norma-norma sosial yang berlaku dalam komunitas bahasa. Tanpa norma ini, bahasa pribadi tidak akan memiliki makna yang stabil.
4. Keluarga Permainan Bahasa:
Wittgenstein mengembangkan konsep "keluarga permainan bahasa" untuk menggambarkan keragaman penggunaan bahasa yang terkait. Ia menunjukkan bagaimana permainan bahasa yang berbeda-beda terhubung dan mempengaruhi satu sama lain, meskipun tidak ada prinsip tunggal yang mengikat semuanya.
5. Realitas dan Penafsiran:
Wittgenstein merenungkan bagaimana kita memberikan makna pada dunia dan bagaimana makna ini terkait dengan bahasa permainan. Ia mengemukakan bahwa realitas dipahami melalui cara kita menggambarkan dan berinteraksi dengannya.
6. Norma-norma dan Penggunaan:
Buku ini menyoroti peranan norma-norma dalam menentukan makna kata. Wittgenstein menunjukkan bahwa norma-norma sosial dan peraturan-peraturan yang diterapkan dalam komunitas berkontribusi pada makna yang kita atribusikan pada kata-kata.
7. Analisis terhadap Konsep:
Wittgenstein melanjutkan dengan menganalisis konsep-konsep filosofis seperti arti, tujuan, keyakinan, dan lain-lain. Ia menunjukkan bagaimana penggunaan bahasa dapat mengungkapkan makna yang terkait dengan konteks tertentu.
Namun, perlu diingat bahwa "Philosophical Investigations" tidak diatur dalam urutan linear seperti di atas. Buku ini menggabungkan pengamatan-pengamatan dan refleksi-refleksi yang meluas tentang bahasa, pemikiran, dan realitas tanpa mengikuti struktur konvensional dari bab ke bab.
KONSEP-KONSEP UTAMA
Dalam "Philosophical Investigations" oleh Ludwig Wittgenstein, terdapat sejumlah konsep penting yang berdampak besar pada filsafat bahasa dan pemikiran. Berikut adalah beberapa konsep utama beserta argumen utama yang dijelaskan oleh Wittgenstein dalam buku ini:
1. Bahasa Permainan (Language-game):
Konsep: Bahasa permainan adalah cara kita menggunakan bahasa dalam berbagai konteks. Setiap bahasa permainan memiliki peraturan dan norma yang mengatur penggunaan kata-kata, dan makna kata-kata terbentuk melalui partisipasi dalam permainan bahasa tersebut.
Argumen: Wittgenstein menunjukkan bahwa gagasan tentang makna kata tidak dapat dipisahkan dari cara kita menggunakannya dalam situasi konkret. Ia berpendapat bahwa makna kata-kata berkembang dari permainan bahasa yang berbeda.
2. Makna dan Penggunaan:
Konsep: Wittgenstein menekankan bahwa makna kata-kata tidak terletak dalam entitas mental atau definisi yang tetap, tetapi dalam penggunaannya dalam permainan bahasa tertentu.
Argumen: Ia mengajukan bahwa kata-kata tidak memiliki makna intrinsik yang merujuk pada objek atau ide tertentu, melainkan makna muncul dari bagaimana kata-kata digunakan dalam aktivitas komunikasi dan konteks tertentu.
3. Bahasa Pribadi dan Kritisisme Terhadapnya:
Konsep: Wittgenstein menolak gagasan tentang bahasa pribadi, yaitu bahasa yang hanya dimengerti oleh individu tertentu. Ia berpendapat bahwa bahasa mendapatkan makna dari norma-norma sosial dalam komunitas bahasa.
Argumen: Ia menyajikan argumen yang menunjukkan bahwa bahasa pribadi yang tidak bergantung pada norma-norma sosial tidak dapat memiliki makna yang stabil dan jelas. Ia mengemukakan bahwa bahasa adalah fenomena sosial yang tergantung pada komunitas bahasa.
4. Keluarga Permainan Bahasa (Language-game Family):
Konsep: Wittgenstein mengajukan konsep bahwa permainan bahasa terkait dan membentuk "keluarga permainan bahasa." Meskipun permainan-permainan bahasa berbeda, mereka memiliki kesamaan dalam hubungan makna dan penggunaan.
Argumen: Ia menggunakan konsep ini untuk menunjukkan kompleksitas penggunaan bahasa dan bagaimana makna kata-kata dapat berubah tergantung pada permainan bahasa tertentu.
5. Norma-norma Sosial dalam Bahasa:
Konsep: Wittgenstein menggarisbawahi peran norma-norma sosial dalam pembentukan makna dan penggunaan kata-kata. Norma-norma ini membentuk peraturan-peraturan dalam komunitas bahasa.
Argumen: Ia berargumen bahwa norma-norma sosial yang mengatur permainan bahasa merupakan faktor penting dalam menjaga konsistensi dan stabilitas makna kata-kata.
6. Analisis Terhadap Konsep Filosofis:
Konsep: Wittgenstein menganalisis berbagai konsep filosofis seperti arti, tujuan, keyakinan, dan penalaran. Ia merenungkan bagaimana penggunaan bahasa dapat mengungkapkan aspek-aspek makna yang terkait dengan konteks tertentu.
Argumen: Dalam analisisnya terhadap konsep-konsep ini, Wittgenstein menunjukkan bahwa pemahaman terhadap kata-kata dan konsep-konsep filosofis bergantung pada konteks dan cara penggunaannya dalam bahasa permainan tertentu.
Dalam "Philosophical Investigations," Wittgenstein berusaha untuk memperluas pandangan kita terhadap bahasa, makna, dan realitas dengan menekankan peran penggunaan bahasa dalam konteks praktis dan sosial. Melalui argumen-argumen ini, ia merespon beberapa masalah yang ada dalam filsafat tradisional dan mengajak pembaca untuk memeriksa cara kita memahami bahasa dan dunia.
EVALUASI
"Philosophical Investigations" adalah karya yang sangat berpengaruh dalam sejarah filsafat bahasa dan pemikiran. Namun, seperti banyak karya filsafat, buku ini juga menuai berbagai tanggapan dan evaluasi kritis. Berikut beberapa evaluasi kritis terhadap buku ini:
1. Keberlanjutan dari "Tractatus":
Banyak kritikus berpendapat bahwa "Philosophical Investigations" menandai pergeseran signifikan dalam pemikiran Wittgenstein dari "Tractatus Logico-Philosophicus." Meskipun buku ini mencerminkan perkembangan pemikiran Wittgenstein, perbedaan pendekatan dan konsep antara kedua karya tersebut dapat menyebabkan kebingungan dan interpretasi yang bervariasi.
2. Gaya Penulisan yang Sulit Dipahami:
Teks dalam "Philosophical Investigations" terkadang terfragmentasi dan tanpa urutan yang jelas, membuatnya sulit dipahami bagi banyak pembaca. Gaya penulisan yang longgar dan eksploratif ini dapat menyebabkan kebingungan dalam mengikuti alur argumentasi dan pengembangan gagasan.
3. Kurangnya Jawaban Tuntas:
Kritikus juga menyoroti bahwa buku ini seringkali lebih banyak mengajukan pertanyaan daripada memberikan jawaban yang tuntas terhadap masalah-masalah filosofis. Beberapa pembaca mungkin merasa tidak puas dengan keterbukaan Wittgenstein terhadap kerumitan subjek dan keengganannya untuk menyediakan solusi definitif.
4. Kurangnya Struktur Formal:
Tidak adanya struktur formal yang jelas dalam buku ini dapat membuatnya sulit untuk diorganisir dan digunakan sebagai referensi filsafat. Buku ini lebih berfungsi sebagai koleksi pemikiran daripada penyajian argumentasi sistematis.
5. Tantangan Terhadap Konsep Tradisional:
Walaupun ini adalah nilai tambah, beberapa kritikus menemukan bahwa perubahan paradigma yang diperkenalkan oleh Wittgenstein dapat menantang konsep-konsep tradisional dalam filsafat. Ini bisa menjadi kurang memuaskan bagi mereka yang mencari jawaban yang lebih klasik atau jelas.
6. Keterbatasan Terhadap Beberapa Topik:
Kritikus juga menyoroti bahwa "Philosophical Investigations" cenderung tidak merenung dengan mendalam beberapa topik filosofis penting, seperti etika dan ontologi. Keterbatasan ini dapat menyebabkan beberapa aspek pemikiran filosofis kurang terwakili.
Namun, penting untuk diingat bahwa evaluasi terhadap buku ini dapat bervariasi dan tergantung pada perspektif dan harapan masing-masing pembaca. Meskipun memiliki tantangan dan kompleksitas, "Philosophical Investigations" tetap menjadi sumber inspirasi dan refleksi yang penting dalam studi filsafat bahasa dan pemikiran kontemporer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H