Wittgenstein terpaksa memutuskan studinya dan kembali ke Austria pada awal Perang Dunia I. Dia mendaftar sebagai sukarelawan di tentara Austria dan bertugas sebagai petugas artileri. Selama masa perang, Wittgenstein melanjutkan pemikiran filosofisnya, dan setelah perang, dia kembali ke Cambridge untuk mengembangkan dan mengartikulasikan konsep-konsepnya lebih lanjut.
Hasil dari pemikiran dan penelitiannya adalah "Tractatus Logico-Philosophicus," yang diterbitkan pada tahun 1921. Karya ini menciptakan dampak besar dalam dunia filsafat dan membawa perubahan paradigma dalam pemikiran tentang bahasa, logika, dan pemahaman manusia tentang realitas.
Namun, setelah menerbitkan "Tractatus," Wittgenstein merasa bahwa dia telah mengatasi masalah-masalah filosofisnya dan memutuskan untuk meninggalkan dunia akademis. Dia menjalani beberapa tahun di berbagai tempat, termasuk bekerja sebagai guru sekolah di daerah pedesaan Austria. Selama periode ini, dia terus merenung dan mengembangkan pemikiran baru.
Pada tahun 1930-an, Wittgenstein kembali ke dunia akademis. Dia kembali ke Cambridge dan mengembangkan pandangan baru tentang filosofi dan bahasa. Hasil dari pemikirannya ini muncul dalam karyanya yang kedua, "Philosophical Investigations," yang diterbitkan secara anumerta pada tahun 1953 setelah kematiannya pada tahun 1951.
Kehidupan Wittgenstein mencerminkan perjalanan intelektual dan emosional yang kompleks. Dia menggambarkan transformasi pemikiran yang signifikan dari pendekatan formal dan terstruktur dalam "Tractatus" menjadi pendekatan yang lebih kontekstual dan pragmatis dalam "Philosophical Investigations." Kehidupannya yang beragam dan pemikirannya yang mendalam telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan filsafat modern.
STRUKTUR PENULISAN
"Tractatus Logico-Philosophicus" terdiri dari tujuh bagian utama, yang masing-masing memiliki proposisi-proposisi yang membentuk struktur hierarkis dari pemikiran. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing bagian beserta karakteristiknya:
1. Bagian 1: Bagian ini membahas dasar-dasar pemahaman proposisi dan fakta. Wittgenstein mengemukakan bahwa proposisi adalah gambaran dari fakta dalam bahasa. Ia memperkenalkan ide tentang "pola-pola logis" dan "wujud-wujud" sebagai dasar struktur bahasa dan realitas.
2. Bagian 2: Wittgenstein melanjutkan untuk membahas hubungan antara nama-nama (kata) dan objek-objek dalam realitas. Ia memperkenalkan konsep "picturing" (penggambaran) sebagai cara bahasa merepresentasikan realitas. Bagian ini mengajukan ide tentang proposisi sebagai gambaran dari realitas.
3. Bagian 3: Bagian ini membahas logika. Wittgenstein mengenalkan gagasan tentang hubungan logis antara proposisi-proposisi. Ia mengemukakan bahwa proposisi-proposisi logis mengikuti aturan tertentu yang mencerminkan struktur realitas.
4. Bagian 4: Wittgenstein menggambarkan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan pemikiran dan komunikasi. Ia memperkenalkan gagasan tentang "bentuk proposisi" dan bagaimana mereka merepresentasikan dunia. Bagian ini juga berbicara tentang batasan-batasan bahasa dan pemahaman kita.