Penulis :
Muhammad Razidinnor. Yuliana Selan. Ainnun Ibrahim Hamid ...
PG PAUD. Universitas Muhammadiyah Surabaya.
PERKEMBANGAN BAHASA
Perkembangan  Suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti: biologis, kognitif, sosio-emosional sedangkan Perkembangan Bahasa Salah satu kemampuan dasar seorang individu/ anak yang berkembang secara bertahap sesuai jenjang usianya, Setiap jenjang usia mempunyai tugas perkembangan tersendiri, Stimulasi yang diberikan disesuaikan dengan tugas perkembangan di setiap jenjang usia.
Perkembangan bahasa anak usia dini, khususnya anak TK memiliki karakteristik tersendiri. Jamaris membagi perkembangan bahasa anak usia dini menjadi 2, yaitu:
1. Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4 tahun
a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak.
         Anak sudah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
      b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakan.
      c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat
        mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
2. Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun
a. Sudah dapat mengungkapkan lebih dari 2500 kosakata.
      b. Lingkup kosakata yang dapat diungkapkan anak menyangkut: warana, ukuran,  Â
        bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan,perbandingan jarak danÂ
        permukaan (kasar-h.us).
c. Anak usia 5-6 tahun dapat melakukan peran pendengar yang baik.
d. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat mendengarkan  Â
  orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
e. Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai  Â
  komentaranya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain,    Â
  serta apa yang dilihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan  Â
  ekspresi  diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.
Â
2. ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK
Bahasa adalah salah satu simbol untuk berkomunikasi yang meliputi aspek-aspek perkembangan bahasanya yaitu fonetik, semantik, sintaksis, morfemik, pragmatik.
- Perkembangan Pengetahuan FonetikÂ
Pada usia taman kanak-kanak, anak-anak semakin mudah dipahami oleh orang tua, setelah menguasai bagaimana menghasilkan beberapa fonem. (Allen & Marotz, 1994). Cakupan produksi fonetik yang sukses, bagaimanapun, masih ditunjukkan di dalam kelas. Anda bisa menemukan perbedaaan yang jelas pada produksi bunyi ujaran-ujaran yang spesifik pada anak.
- Pengetahuan Fonetik pada Bahasa Lisan
Pemahaman anak mengenai kemiripan dan perbedaan bunyi serta kemampuannya untuk fokus terhadap kemiripan dan  perbedaan  tersebut terlihat dalam permainan lisan mereka. Anak bisa jadi fokus secara tiba-tiba pada rima dan ritme lisan ketika sedang ikut bermain dengan baalok-balok, benda seni, dan berbagai mainan untuk anak-anak. nyanyian, rima, pembacaan puisi, dan permainan kata merupakan sumber permainan yang menyenangkan dan akan meningkatkan kesadaran anak mengenai pola bunyi dan perbedaan bunyi. (Buchoof, 1994; Colgin, 1991).
Perolehan pengetahuan fonetikjuga dibuktikan oleh kemampuan anak-anak taman kanak-kanak untuk membedakan kemiripan-kemiripan pada bunyi awal dan akhir. (Kirtley, Bryant, MacLean, & Bradley, 1989). Pemahaman anak mengenai aliterasi (kemiripan bunyi awal) dan rima berkontribusi terhadap perolehan membaca dalam dua cara (Bryant, MacLean, Bradley, & Crossland, 1990): (1) wawasan mengenai rima daan aliterasi merupakan suatu pertanda anak mampu membedakan fonem; dan (2) wawasan mengenai rima membantu anak untuk mampu melihat kemiripan padaa pola-pola ujaran.
Anak taman kanak-kanak bisa memahami perbedaan pengucapan dan mungkin mengejek teman-temannya yang berbicara dengan pengucapan berbeda demikian juga, anak-anak yang mengalami kesulitan akan menjadi pendiam, tidak mau mengambil resiko salah atau dipermalukan. Guru mesti menyadari situasi semacam ini dan mendorong penerimaan dan komunikasi di antara semua anak.
(2)Pengetahuan Fonetik pada Bahasa Tulisan
Bukti yang signifikan pada perolehan penegtahuan fonetik anak terhadap bahasa tulis terjadi pada masa taman kanak-kanak. Selama lebih dari 20 tahun, peneliti terhadap kemunculan kemampuan membaca dan menulis telah mendokumentasikan perolehan anak taman kanak-kanak pada pengetahuan reseptif dan ekspresif di bahasa tulis melalui pengamatan yang sangat dekat terhadap usaha-usaha awal dalam membaca dan menulis. (Clay, 1982; McGee & Richgels, 1990; Sulzby, 1981, 1985a,1986b; Temple. Nathan, Burris &Temple,1999). Keseluruhan penelitian fokus pad apa yang anak-anak lakukan ketika berusaha untuk membaca dan menulis dan apa yang mereka katakan mengenai apa yang sedang mereka lakukan, yaitu ketika anak taman kanak-kanak membuat buku cerita mereka sendiri, mereka bisa berkomentar pada proses dan harapannya daalam menuliskannya.Â
- Bukti pengetahuan fonetik pada upaya membaca
Anak taman kanak-kanak dapat menunjukkan bukti penegtahuan fonetik dalam usahanya untuk membaca ketika mereka fokus terhadap huruf-bunyi. Â Ketika diminta untuk "membaca" sebuah buku cerita yang familiar, beberapa anak sangat berusaha "seolah-olah mengejanya" Â dengan fokus pada buku di hadapannya. Ketika mereka mengalami kesulitan, beberapa anak kemudian menolak untuk membaca, mengindikasi bahwa meskipun mereka mengetahui bahwa buku tersebut merupakan sumber ceritanya tetapi mereka tidak bisa mengejanya: "aku tidak tau cara membaca kata itu" atau " aku tidak tahu kata ini." Penolakan seperti ini mengindikasi pemahaman mengenai pentingnya mengeja pada membaca "yang sebenarnya." (Sulzby, 1983). Anak-anak yang lain ketika tidak berhasil mengeja buku ceritanya. Akan sering kali memandang orang tua untuk mengonfirmasi apakah ejaannya sudah "betul" (Otto, 1984)
- Bukti pengetahuan fonetik pada upaya menulis
Anak taman kanak-kanak memperlihatkan beragam perilaku kemunculan kemampuan menulis yang mengindikasi bahwa mereka mulai fokus pada bagaimana tulisan merepresentasikan bunyi ujaran tertentu. Usaha awal pengejaan pada anak menyediakan bukti yang kaya mengenai perolehan pengetahuan fonetiknya mengenai bahasa tulis. Upaya awal anak untuk menulis di dalam bahasa inggris sangat dirumitkan oleh berbagai cara bagaimna bunyi dieja dalam pola ejaan bahasa inggris.
Upaya-upaya awal anak dalam pengejaan telah diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut:
- Pengejaan Prafonemik,dicirikan dengan penggunaan hurf-huruf dalam tulisan yanng tampaknya tidak memilki hubungan dengan bunyi-bunyi spesifik yang biasanya berhubungan dengan hurufnya. Hubungan bunyi an tulisan direpresentasikan secara tidak konsisten, dengan anak berusaha memilih huruf-huruf secra acak tanpa mempertimbangkan bunyi-bunyi spesifik yang secara khusus direpresntasikan oleh huruf-hurufnya. Anak-anak mungkin menyambungkan sederet huruf bersama atau sekelompok huruf yang terdiri dari tiga atau empat huruf menjadi unit-unit yang mirip sebuah kata.
- Pengejaan fonemik, dicirikan dengan bukti bahwa anak-anak berusaha untuk mengeja fonem-fonemnya. Tiga kategori pengejaan fonemik yaitu (1) pengejaan fonemik awal, merujuk pada contoh-contoh dimana hanya satu atau duaa bunyi perkata yang direpresentasikan. Misalnya, puteri salju akan direpresentasikan hanya sebagai "PS", Â dan besar akan direpresentasikan menjadi "bsr". (2) pengejaan nama-huruf, setiap nama huruf digunakan untuk merepresentasikan sebuah bunyi; tanpa tambahan huruf yang dimasukkan. Misalnya, ketika LADE ditulis untuk kata lady, setiap nama huruf sesuai dengan bunyi khusus yang coba direpresentasikan anak. dan (3) pengejaan transisional, dicirikan dengan kata-kata yang meskipun tidak dibaca secara lazim, tetapi memilki fitur-fitur yang lazim dan pola konsonan/vokal.
- Pengejaan konvensional / pengejaan yang lazim, anak taman kanak-kanak mulai mengembangkan sejumlah kecil kosakata tulis untuk kata-kata yang laazim diucapkan. Secara umum, kata-kata ini merupakan kata-kata yang sering digunakan, seperti ke, pergi, milikku, aku, sayang, mama, papa, dan nama anggota keluarga dan nama-nama hewan peliharaan, termaksud juga namanya sendiri.
Â
- Pengembangan Pengetahuan Semantik
- Anak taman kanak-kanak secara khusus mempunyai kosa-kata untuk percakapan sebnayak 1500 kata tau lebih, (Allen &Marotz, 1994), dan memahami lebih banyak kata. (Piper, 1993). Beragam kosa kata ekspresif yang digunakan dalam percakapan antara anaak juga bisa diamati. Perkembangan pengetahuan semantik selama masa taman kanak-kanak tak hanya meliputi penambahan kata-kata dan konsep baru, tetapi juga perkembangan jaringan kosa kata atau schemata yang semakin luas. Konsep dan kosa kata yang sudah ada sebelumnya semakin diperhalus. Sinonim dan antonim ditambahkan. Bersama dengan kata-kata yang mereprentasikan arti yang hampir mirip tetapi memiliki arti yang berbeda  (shandes of meaning).
- Pengalaman dan Perkembangan Semantik
Untuk anak-anak taman kanak-kanak, kosakata diperoleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung. Beberapa kosa kata dipelajari melalui penanaman langsung, biasanya karena susah diartikan secara lisan, sehingga ditunjukkan dengan contoh, misalnya warna "merah" dijelaskan dengan menunjukkan bunga mawar yang berwarna merah. Penanaman langsung disebut ostensive naming. Â (Bloom, 2000). Kosa kata juga dipelajari melalui konteks percakapan sebagaimana juga memalui kegiatan membaca dan menulis seperti dalam pembacaan buku bersama dengan anak. konteks percakapan dan pembacaan buku bersama, keduanya, memberikan mediasi pendukung yang penting dalam perolehan kosa kata. (Tabors, Beals & Weirzman, 2001)
Pengalaman membaca buku bersama menunjukkan pada anak konsep-konsep dan kosa kata baru yang mereka mungkin tidak menemuinya dalam percakapan informal. Anak-anak kemudian bisa menggunakan pengetahuan baru ini dalam penulisan kreatifnya, "mencoba" kata-kata yang telah mereka dengar digunakan dibuku-buku.
- Mengartikan Kata-kata
Para peneliti fokus pada kemampuan anak-anak dalam mengartikan kata-kata sebagai suatu cara mengeksplorasi perkembangan semantik. Anak-anak usia taman kanak-kanak secara khusus menekankan bentuk atau fungsi benda ketika mengartikannya. (Allen & Marotz, 1994; Berko Gleason & Pan, 1989). Misalnya, dalam mengartikan bola, anak akan menekankan bahwa bola bisa "memantul", atau fungsi-fungsi bola yang lain. Penegrtian-pengertian itu sepertinya mulai brubah dari pengertian yang awalnya didasarkan pada pengalaman-pengalaman individual menjadi pengertian yang lebih didasarkan pada pengalaman secara sosial; meskipun pengertian yang dibuat anak-anak tidak memilki elaborasi yang sama dengan pengertian yang dibuat oleh orang tuanya.
- Bahasa Kiasan
Pemahaman dan penggunaan bahasa kiasan pada anak, seperti simile dan metafora, juga memberikan bukti pengetahuan semantik (Broderick, 1991; Waggoner & Palermo, 1989) ketika buku cerita yang di dalamnya terdaapat bahasa kiasan yang dibagi dan didiskusikan, anak mampu mengembangkan pemahaman mengenai simile dan metafora. Misalnya dalam buku cerita Eric Carle yang berjudul  The Very Hungry Caterpillar (1969), kepompong ditunjukkan seperti sebuah rumah kecil. Ketika membaca buku ini bersama dengan anak, anda bisa memediasi pemahaman bahasa kiasan ini dengan membuat jeda di tengah pembacaan buku cerita dan membicarakan konsep "rumah".
- Humor
Rasa humor pada anak taman kanak-kanak merupakan sebuah indikasi perkembangan pengetahuan semantik. Teka-teki dan lelucon yang mereka buat biasanya didasarkan pada perbandingan semantik atau kata-kata yang mempunyai makna banyak.
Humor anak-anak usia taman kanak-kanak juga menunjukkan pemahannya mengenai ketidaksesuaian; situasi yang lucu karena ketidak cocokan antara apa yang diharapkan terjadi dengan apa yang terjadi. Ketidaksesuain ini meliputi bentuk stsu ukursn ysng berlebihan atau penanaman yang tidak tepat. (Cornett, 1986). Mendorong rasa humor pada naka tanam kanak-kanak bisa membantu perkembangan semakin kayanya kosa kata.
- Kosakata dalam Cerita Anak-anak Taman Kanak-kanak
Monolog cerita anak usia taman kanak-kanak menunjukkan bukti mengenai perolehan penegtahuan semantiknya.
- Pengetahuan Semantik dalam Penceritaan Ulang
Usaha-usaha anak dalam menceritakan kembali cerita-cerita yang familiar juga mengindikasikan perkembangan pengetahuan semantiknya. Dalam menceritakan kembali cerita-cerita yang familiar ini, mereka biasanya menggunakan kata-kata yang secara semanti sama artinya yang menunjukkan perkembangan kosakata mereka. Misalnya mengganti "tempat tinggal" untuk "rumah", "makanan' untuk "sayuran" dan "lari" untuk "berlarian," Kesemuanya mengindikasikan pemahaman akan arti kata dan kesamaan semantik.
Ketika anak-anak mengoreksi dirinya sendiri dalam menceritakan kembali ceritanyaa, mereka menunjukkan pemahaman mereka terhadap perbedaan halus pada semantik dan pengetahuan skema.
- Perkembangan Pengetahuan SintaksisÂ
- Anak usia taman kanak-kanak bisa menyusun kalimat dasar dengan tingkat kesulitan yang sedikit. Rata-rata panjang kalimat anak usia lima tahun yakni 5 sampai 7 kata. (Allen & Marots, 1994). Anak-anak bisa memahami pembicaraan oraang lain yang lebih kompleks secara sintaksis dibanding ujaran yang mereka produksi. Perolehan pengetahuan sintaksis pada anak usia taman kanak-kanak terus berlangusng begitu mereka mulai menggunakan struktur frasa kata benda dan kata kerja yang lebih kompleks. (Owens, 1988,2001). Peningkatan penegtahuan sintaksis membantu anak mengkomunikasikan ide-ide yang lebih kompleks.
- Penggunaan Kata Ganti
Perolehan stuktur frase kata benda yang lebih kompleks meliputi penggunaan kata ganti yang lebih jelas. Kebanyakan anak usia taman kanak-kanak telah menguasai penggunaan kata ganti untuk mengindikasi subjek dan objek tetapi secara umum mereka baru mulai menguasai penggunaan kata ganti refleksi.
Hubungan antara kata benda dan kata gantinya juga bisa di tunjukkan dengan lebih jelas selama masa taman kanak-kanak. tidak semua penggunaan kata ganti itu jelas, namun ini menunjukkan bahwa bebrapa anak masih berusaha mempelajari hubungan antara kata benda dan kata ganti. Unreferenced pronoun adalah kata ganti yang tidak jelas merujuk ke kata benda apa dan tidak ditunjukkan baik oleh kata gantinya maupun struktur kalimatnya. Dalam percakapan lisan, Unreferenced pronoun bisa diklarifikasikan dengan konteks yang digunakan atau dengan bahasa tubuh; tetapi dalam bahasa tulis, Unreferenced pronoun menggangu pemahaman kita.
- Kalimat Pasif
Pemahaman kalimat pasif mengharuskan anak untuk mengunakan cara mereka mebuat kalimat. Ini karena sintaksis atau strukutur kalimat pasif beragam dari struktur kalimat aktif yang lebih umum digunakan. Kalimat pasif tersusun dengan susunan objek-predikat-pelaku (kuncing itu dikejar anjing), yang berbeda dari susunan pelaku-predikat-objek yang lebih sering digunakan dalam ujaran (Anjing itu mengejar kucing). Selama masa taman kanak-kanak, anak-anak secara khusus mulai memahami susunan kalimat pasif, meskipun mereka baru bisa membuat kalimat-kalimat pendek dengan menggunakan pola susunan kalimat pasif.
- Perkembangan Pengetahuan Morfemik
- Begitu kompleksitas sintaksis kalimat pada anak-anak taman kanak-kanak meningkat, anak-anak ini juga mulai menunjukkan peningkatan pada pemahamannya mengenai pengetahuan morfemik baik morfem infleksional maupun derivasional. Morfem inflesional digunakan untuk menunjukkan kata kerja yang sesuai dengan kala waktu, bentuk kata benda jamak, dan kepemilikan. Morfem derivasional digunakan untuk menunjukka perbandingan dan untuk mengubah kategori tata bahasa pada satu kata (misalnya dari kata kerja menjadi kata benda, seperti dalam teach menjadi Teacher = mengajar yang merupakan kata kerja menjadi guru yang merupakan kata benda).
- Kata Kerja Kala Waktu (Verb Tenses)
Anak taman kanak-kanak terus mengembangkan pemahamannya mengenai bagaimana menunjukkan kata kerja kala waktu (Verb tenses) dengan menggunakan morfem. Dalam kata kerja beraturan, -ed ditambhakan di akhir kata seperti dalam wanted dan  jumped. Jumlah kata kerja yang tidak beraturan yang dikuasai semakin banyak, seperti went,gone,dan caught.Â
Satu cara untuk memeriksa pemahaman anak dalam menggunakan morfem untuk menunjukkan verb tense yaitu dengan melihat bagimnan mereka menusun kembali cerita dari buku cerita yang familiar.
- Kepemilikan
Monolog pembacaan cerita anak-anak bisa mengandung bukti bahwa mereka sendang mempelajari bagaimna menggunakan penanda kepemilikan.
- Perbandingan dan Bentuk Superlatif
Meningkatnya penegtahuan morfemik ditunjukkan dalam penggunaan perbandingan dan bentuk superlatif oleh anak tamna kanak-kanak. anak usia taman kanak-kanak nampaknya mulai memahami bahwa ada dua cara membuat perbandingan dan bentuk superlatif. Salah satu caranya membuat perbandingan ditunjukkan dengaan menambahkan kata 'lebih dari' atau 'kurang dari' dan bentuk superlatif biasanya ditujukkan dengan penambahan awalan ter- yang menunjukkan makna 'paling' seperti pada: Jupiter adalah planet terbesar dalam sistem tata surya.
- Kata Benda Berakhiran -er
Pada usia ke-5 sebagian besar anak memilki pengetahuan reseptif dan produktif mengenai akhiran --er pada kata benda (Owens, 1988, 2001). Anak-anak tahu bahwa dengan menambahkan akhiran --er pada kata kerja bahasa inggris, mereka bisa membuat nama untuk menunjukkan orang yang melakukan pekerjaan tersebut.
- Perkembangan Pengetahuan Pragmatik
Bagaimana dengan terus berkembangnya pengetahuan aspek-aspek bahasa: fonetik, semantik, sintaksis, dan morfemik, anak usia taman kanak-kanak juga terus memperoleh pengetahuan mengenai bagaimana bahasa digunakan secara berbeda dalam sitiasi dan kondisi yang berbeda.
- Pengetahuan Pragmatik Bahasa Lisan
Dalam banyak hal, pengetahuan pragmatik akan menentukan kemampuan anak dalam berkomunikasi dan berartisipasi di berbagai situasi sosial. Anak-anak taman kanak-kanak menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan yang luas. Mereka menggunakan bahasa untuk menceritakan cerita-cerita, mengarahkan teman-teman sebayanya, mengekspresikan kebanggaan diri, bermain peran, mengajak orang lain sebagai sumber permintaan tolong atau informasi, dan untuk mendapatkan dan mernarik perhatian orang lian. (Owens, 1988. 2001). Bahsa juga digunakan secara tidak langsung untuk meminta tolong atau mengatur perilaku orang lain. Guru bisa mengharapkan untuk melihat perbedaan antara anak usia tamna kanak-kanak pada pemahaman dan penggunaan pengetahuan pragmatik dalam bahasa lisan dan tulisan. Pengetahuan bahasa pragmatik pada anak-anak dipengaruhi tidak hanya oleh beragam situasi dan kondisi sosial, tetapi juga tingakt keseringan kesempatan dan interaksi mereka sebagai pendengar atau pembicara.
Beragam Konteks Bahasa Lisan. Beragam situasi dan kondisi sosial yang ditemui anak selama masa kanak-kanaknya bisa memperluas perolehan pengetahuan pragmatiknya. Anak-anak bisa belajar bagaimana caranya merespons selama interaksi lisan dengan gurunya dan staf lain di sekolah, seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pesuruh, sekretaris, anak-anak yang usianya lebih tua, asisten guru, pembicara tamu. Pengetahuan pragmatik meliputi tidak hanya mengetahui kapan seseorang boleh berbicara dan kepada siapa tetapi juga topik-topik percakapan yang tepat dan harapan secara budaya untuk memulai, menjaga dan mengakhiri percakapan.
Meningkatkan Kemampuan dalam Percakapan. Selama masa taman kanak-kanak, kemampuan anak dalam percakapan terus berkembang. Anak-anak tamna kanak-kanak secra bertahap mulai mepertimbangkan dan merespon cara pandang pendengar dan menjaga topik pembicaaraan. Bukti perkembangan ini terlihat dalam percakapan yaang terjadi pada saat pembacaan buku bersama secara kelompok. Pada masa awal taman kank-kanak, komentar anak-naka mengenai topik cerita mungkin terlihat tidak berhubungan dengan ceritanya; bagimanapun, selanjutnya dengan scaffolding (bantuan) yang mendukung dari para guru, anak mampu berpartisipasi daalam percakapan bersama mengenai topik cerita atau peristiwa di dalam cerita.
- Pengetahuan Pragmatik dalam Bahasa Tulis
Kemunculan perilaku atau kemampuan membaca dan menulis anak usia taman kanak-kanak mengindentifikasi pemahaman yang meningkat pada aspek pragmatik dalam bahasa tulis. Anak taman kanak-kanak bisa mengidentifikasikan berbagai fungsi menulis, termaksud didalamnya melakukan kegiatan menulis untuk mengingat sesuatu, untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk belajar dan untuk mengespresikan ide seseorang dan cerita-cerita (Freeman & Sanders, 1989)
Menceritakan dan Mendiktekan Cerita. Pengetahuan pragmatik anak usia taman kanak-kanak terhadap bahasa tulis ditujukkan dalam berbagai cara mereka gunakan ketika menceritakan satu cerita dan ketika mendiktekan cerita untuk ditulis oleh seseorang (biasanya orang tua). Dalam penelitian Silzby (1982) terhadap penceritaan dan pendiktean cerita oleh anak usia taman kanak-kanak, dia mencatat bahwa cerita yaang di ceritakan secara umum dicirikan dengan suasana percakapan dan intonasi bunyi-kontinuan diantara kalimat. Sebaliknya, cerita yang didiktekan secara umum dicirikan oleh penyusunan unit per unit (kata, frase, kalimat pendek) dan pola intonasi tersegmentasi. Beberapa anak dalam penelitian mengamati mereka yang menulis dengan dekat sambil mendiktekan nya.
Pemahaman gendre. Ketika membuat cerita ciptaannya sendiri, pengetahuan anak mengenai teks yang spesifik seperti dongeng atau buku alfabet. Ketika diminta untuk membuat sebuah dongeng, banyak anak yang akan memulai ceritanya dengan "pada suatu ketika," . anak-anak juga menutup cerita secara formal dengan mengatakan "selesai".
Format yang dipilih oleh anak taman kanak-kanak menegnai buku ceritanya mengindikasikan pemahaman mereka mengenai bagaimana bahasa digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H