Meski amatir, saya dalam menonton drama korea, bukan hanya melihat dari siapa saja aktor dan aktrisnya, namun saya juga melihat alur cerita di 10 menit pertama, bagaimana perasaan saya dalam menontonnya, apakah layak terus ditonton ataukah dicukupkan akibat mata yang sulit terjaga. Â Â
Drama A Shop for Killers mampu melewati skrining awal yang saya terapkan, tidak hanya membuat 10 menit pertama terjaga, namun sampai selesainya episode pun, 45 menit, saya tidak berhenti fokus pada layar ponsel saya.
Drama terbaru yang dibintangi oleh Lee Dong-wook dan Kim Hye Jun tayang perdana di Disney+ Hotstar pada 17 Januari 2024. Drama ini baru tayang 2 episode, namun Anda akan dibuat tegang disepanjang episode akibat adegan baku tembak yang seru dan proses pelarian yang membuat deg-degan. Â
Pemain utama perempuan, Kim Hye Jun, meski telihat memiliki tubuh mungil, namun ia cerdik dan tangkas mengoperasikan senjata api besar yang ia pelajari dari pamannya sendiri, Lee Dong-wook. Jika bertanya bagaimana akting Lee Dong-wook sudah tidak perlu diragukan lagi, seperti biasa ia berhasil membuat penonton terpukau dengan adegan laga dan penjiwaannya sebagai paman yang dingin namun peduli serta bertanggung jawab terhadap keponakannya, Kim Hye Jun. Â
Drama ini memiliki jumlah 8 episode dan masing-masing episode memiliki durasi 45-50 menit, meski memiliki alur maju-mundur dan sat-set, namun sebagai penonton, kita tidak akan kesulitan untuk memahaminya, dan justru menambah sisi menarik dalam drama ini. Â
Sinopsis A Shop for Killers
Pembuka yang Epic
Scene diawali dengan shoot area tempat tinggal Jeong Ji-man (Lee Dong-wook) dan Jeong Ji-an (Kim Hye Jun) yang sudah luluh lantak akibat serangan drone bersenjata api dari orang tak dikenal, dan diiringi sebuah pengumuman bahwa hari ini sampai pukul 18.00 akan diadakan latihan Angkatan Bersenjata di Pangkalan demi pertahanan nasional.
Serta himbauan untuk tidak memasuki area latihan tanpa izin selama latihan berlangsung, karena dapat membahayakan nyawa, dan kepada siapapun yang berada di area tersebut, setelah mendengar siaran, diharapkan segera evakuasi ke lokasi yang aman.
Kemudian scene beralih kepada pembunuh dengan senapan panjang jarak jauh yang menargetkan Jeong Ji-an dan siapapun yang berada di rumah tersebut. Meski awalnya takut, Jeong Ji-an tetap berusaha fokus, menggunakan akal cerdiknya, untuk mengambil senapan panjang miliknya demi membalas perbuatan si pembunuh, dan "Dor!".
Misteri kematian Jeong Ji-man
Jeong Ji-an berada di kantor polisi atas insiden penyerangannya terhadap laki-laki yang masuk di kamar mandi wanita dan berusaha melecehkan seorang wanita incarannya. Melihat kejadian itu, Jeong Ji-an berusaha membantu si wanita dengan bekal bela diri yang ia miliki. Akhirnya mereka memutuskan untuk berdamai dengan syarat memanggil wali masing-masing.
Namun nyatanya panggilan telepon yang ditujukan kepada pamannya Jeong Ji-man harus berakhir di tangan polisi, karena Jeong Ji-man dinyatakan meninggal dunia akibat bunuh diri di kamar mandi rumahnya. Â
Akhirnya Jeong Ji-an memutuskan pulang ke kampung halamannya untuk mengadakan pemakaman pamannya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Setelah melihat jasad pamannya, Jeong ji-an merasakan adanya keanehan. Jika dari laporan polisi, Jeong Ji-man meninggal karena bunuh diri, tapi mengapa ada luka sayat di leher yang cukup dalam, seakan-akan ini bukanlah perbuatan pamannya sendiri.
Jeong Ji-an pulang ke rumah pamannya untuk mencari foto pemakaman yang belum ada, betapa beruntungnya Jeong Ji-an bertemu dengan Bae Jeong-min, teman masa kecilnya, juga kolega Jeong Ji-man, pekerja paruh waktu yang betugas untuk merombak situs web penjualan selang agrikultur milik pamannya.
Bae Jongmin merasa iba atas Jeong Ji-an yang sendirian ditinggal pergi oleh Jeong Ji-man, sehingga ia berusaha membantu sebisanya, yakni membantu mencetakkan foto dan membersihkan kamar mandi tempat meninggalnya Jeong Ji-man, dan menemukan ponsel milik Jeong Ji-man.
Setelah itu, Jeong Ji-an kembali lagi ke tempat pemakaman dan sibuk menerima tamu-tamu asing dimatanya, ia dibantu oleh beberapa teman dekat pamannya.
Kebenaran yang tersembunyi
Upacara pemakaman selesai, Jeong Ji-an kembali pulang ke rumahnya yang nampak semakin hampa atas kepergian pamannya, meski pamannya adalah orang yang dingin, namun ia yakin bahwa pamannya adalah orang yang tulus dan sangat peduli pada Jeong Ji-an. Â
Bae Jeong-min kembali ke rumah Jeong Ji-an karena lupa belum memberikan ponsel milik Jeong Ji-man. Namun saat melihat ponsel pamannya, betapa terkejutnya Jeong Ji-an karena melihat saldo 18,7 miliar won yang dimiliki pamannya. Jeong Ji-an curiga dengan barang apa yang sebenarnya pamannya jual, sehingga ia dan Bae Jeong-min menelusuri web penjualan selang agrikultur.
Mereka menemukan fakta bahwa situs web penjualan selang agrikultur hanyalah digunakan sebagai kedok yang menutupi situs web illegal penjualan senjata api. Kemunculan chat pembeli yang tiba-tiba dari situs penjualan senjata api illegal yang mengancam untuk menghabisi nyawa Jeong Ji-an, menjadi pembuka tragedi baku tembak di rumahnya.
Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara bel rumahnya, yaitu kedatangan seorang wanita bersenjata api yang mengaku sebagai guru bahasa Tionghoa Jeong Ji man, karena sudah ada janji les dengan pamannya, namun tidak ada kabar, hingga ia datang jauh-jauh dan memaksa masuk ke dalam rumah. Namun Jeong Ji-an tidak mudah percaya, dan ia menyuruh si wanita pergi dan kembali lain kali saja.
Kisah Jeong Ji-an kecil yang malang
Saat berusia tujuh tahun, ia baru bertemu dengan pamannya, Jeong Ji-man, yang berkelana selama 8 tahun lamanya tanpa kabar. Kedatangan Jeong Ji-man tentu membuat keluarganya senang bercampur marah, termasuk nenek, ayah, dan ibunya, karena mengira selama ini Jeong Ji man sudah meninggal.
Tak berselang lama sejak kedatangan Jeong Ji-man, nenek Jeong Ji-an atau ibu dari Jeong Ji-man meninggal dunia secara tiba-tiba, melihat adanya kejadian yang janggal, membuat Jeong Ji-man meminta kakaknya untuk melakukan autopsi agar dapat diketahui apa penyebabnya, namun kakaknya menolak dan meyakini bahwa kematian ibu dari sakit kanker saluran empedu yang 5 tahun telah diderita.
Mendengar cek cok keduanya, istri dari kakak Jeong Ji man menyuruh mereka untuk tenang dan meminta Jeong Ji man pulang bersama Jeong Ji-an, khawatir ia akan menimbulkan masalah karena masih banyak urusan yang harus dikerjakan.
Kedua kakak Jeong Ji-man tidak menyadari bahwa ada bahaya besar yang mengintai dan akan merenggut nyawa keduanya, hingga seorang lelaki datang dan memperkenalkan diri sebagai teman lama Jeong Ji-man sambil tersenyum puas.
Saat Jeong Ji-man dan Jeong Ji-an telah berada di rumah, Jeong Ji-man sedikit memberikan pesan kepada Jeong Ji-an untuk menjadi orang yang kuat dan tidak takut dengan apapun, seperti perumpamaan singa yang sedang dikepung para hyena untuk makan malamnya, singa tidak takut akan jumlahnya hyena yang banyak, namun singa tetap tenang dan menghadapi musuhnya dengan sekuat tenaga, meski akhirnya singa tetap mati.
Telepon Jeong Ji-man berdering dan mengharuskannya untuk pergi meninggalkan Jeong Ji-an sendiri, ia berpesan bahwa Jeong Ji-an bahwa tidak boleh membuka pintu untuk siapapun, kecuali teman Jeong Ji-man yang mengetahui jawaban benar teka-teki yang dibuatnya sendiri.
Keesokan harinya, Jeong Ji-an mendengar suara ketukan pintu, ia tidak serta merta membukakan pintu kepada orang asing, ia menjalankan pesan pamannya untuk memberikan teka-teki terlebih dahulu hingga ia bisa menjawab dengan tepat. Â Â
Benar sesuai dugaan pamannya, Jeong Ji-an didatangi pembunuh yang nyaris membunuhnya, untung teman pamannya segera datang dan berhasil menyelamatkan Jeong Ji-an. Namun, nyawa teman pamannya tidak tertolong demi melindungi Jeong Ji-an.
Jeong Ji-an kecil yang cerdik, ia kabur melalui jendela kamarnya dan menjatuhkan diri di sofa, lalu saat pelarian, ia tertabrak mobil dan diselamatkan oleh polisi yang membawanya ke rumah sakit. Tidak berhenti sampai situ, pembunuh mengejarnya sampai ke rumah sakit.
Jeong ji-an berlari ke kamar mayat dan besembunyi di lemari penyimpanan jenazah wanita, yang tak lain dan tak bukan adalah ibu Jeong Ji-an sendiri. Dengan perasaan takut campur binggung, ia hanya bisa memeluk erat-erat ibunya itu, dan tak lama berselang pamannya datang menjemputnya.
Membuka lembaran baru
Sebulan kemudian, Jeong Ji-an dan pamannya pindah rumah dan memulai semuanya dari awal. Jeong ji-man memperlakukan Jeong Ji-an secara dingin dan sengaja mendidiknya dengan keras.
Jeong Ji-an cukup kesulitan beradaptasi di sekolah, ia dibully oleh teman-temannya yang menganggapnya bisu karena tidak pernah berbicara, Jeong Ji-an menderita afasia disertai amnesia disosiatif, akibat syok pasca trauma yang ia alami akibat kehilangan kedua orang tuanya, namun ia sering ditolong oleh Bae Jeong-min.
Mendengar penjelasan tersebut, dari wali kelas Jeong Ji-an, tidak membuat Jeong Ji-man iba, ia tetap akan memperlakukan Jeong Ji-an seperti biasanya, dan mengatakan bahwa itu adalah urusan Jeong Ji-an, dan harus ia atasi sendiri. Â
Didikan Jeong Ji-man benar, Jeong Ji-an bisa berbicara dan mengeluarkan suara lagi, setelah ia mampu mengatasi rasa takutnya dan menghadapinya dengan mengandalkan dirinya sendiri. Â
Teror dimulai
Setelah perginya wanita tak dikenal yang mengaku sebagai guru bahasa Tionghoa Jeong Ji-man, Ban Jeong-min dan ditemani oleh Jeong Ji-an meretas web operator murthehelp, situs ini hanya bisa dioperasikan oleh pihak yang berwenang, para anggota bisa mendapat kode berdasarkan nilai mereka, prosesnya rumit, hanya orang yang lulus yang mendapatkan kodenya.
Ada 4 kode : kode merah untuk barang yang digunakan untuk membunuh, seperti senjata api, bom, dan racun. Kode ungu untuk fungsi mata-mata, orang yang membeli dan menjual informasi, berbagai alat penyadap/kamera dan senjata/barang sederhana yang bisa digunakan untuk bunuh diri saat penyamaran terbongkar. Kode kuning untuk kru pembersih, barang-barangya seperti obat, detergen, alat pembersih yang digunakan untuk membereskan mayat, dan jasa administratif untuk menghindari hukum. Kode hijau, tidak punya kategori.
Orang yang menerima kode dari murthehelp tidak boleh menyerang kode hijau, jika ada yang melanggarnya, maka semua orang harus mempertaruhkan nyawanya demi melindungi kode hijau (Jeong Ji-man dan Jeong Ji-an).
Masih sibuk mencermati situs web Murthehelp, Jeong Ji-an dan Bae Jeong-min dikagetkan dengan ledakan bertubi-tubi dari arah luar rumah yang telah merobohkan pagar yang mengeliling rumah Jeong Ji-an. Kemunculan drone bersenjata api mengelilingi rumah Jeong Ji-an, berusaha menembak kaca dan pintu di rumah, namun tidak berhasil, karena rumahnya terbuat dari bahan-bahan antipeluru yang sudah disiapkan oleh pamannya jauh-jauh hari.
Akhirnya drone bisa menembus kaca dengan ledakan yang dibuatnya dan mulai menginvasi rumah secara perlahan, mereka berdua berpisah dan mencoba menyelamatkan diri masing-masing. Tidak habis akal, Jeong Ji-an mencoba mematikan fungsi drone yang nyaris membunuh Bae Jeong-min dengan ketapel miliknya. Â Â
Episode dua ditutup dengan kemunculan Seong Jo, laki-laki pembunuh yang mengejar Jeong Ji-an sejak kecil, ia tidak sendiri, namun berkoalisi dengan para anggota berwenang yang membeli senjata di murthehelp, mantan rekan Jeong Ji-man dengan tujuan untuk membunuh Jeong Ji-an dan sedang menyiapkan rencana untuknya.
Rating Pribadi : 10/10
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI