Mohon tunggu...
Zida Sinata Milati
Zida Sinata Milati Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer, Content Creator, Writer

Seorang freelancer yang menyenangi dunia content creator dan kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Film

Review A Shop for Killers, Jangan Lengah Musuhmu Bisa Sedekat Nadimu

18 Januari 2024   13:29 Diperbarui: 18 Januari 2024   20:11 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster A Shop for Killers (Instagram @leedongwook_official)

Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan suara bel rumahnya, yaitu kedatangan seorang wanita bersenjata api yang mengaku sebagai guru bahasa Tionghoa Jeong Ji man, karena sudah ada janji les dengan pamannya, namun tidak ada kabar, hingga ia datang jauh-jauh dan memaksa masuk ke dalam rumah. Namun Jeong Ji-an tidak mudah percaya, dan ia menyuruh si wanita pergi dan kembali lain kali saja.

Kisah Jeong Ji-an kecil yang malang

Saat berusia tujuh tahun, ia baru bertemu dengan pamannya, Jeong Ji-man, yang berkelana selama 8 tahun lamanya tanpa kabar. Kedatangan Jeong Ji-man tentu membuat keluarganya senang bercampur marah, termasuk nenek, ayah, dan ibunya, karena mengira selama ini Jeong Ji man sudah meninggal.

Tak berselang lama sejak kedatangan Jeong Ji-man, nenek Jeong Ji-an atau ibu dari Jeong Ji-man meninggal dunia secara tiba-tiba, melihat adanya kejadian yang janggal, membuat Jeong Ji-man meminta kakaknya untuk melakukan autopsi agar dapat diketahui apa penyebabnya, namun kakaknya menolak dan meyakini bahwa kematian ibu dari sakit kanker saluran empedu yang 5 tahun telah diderita.

Mendengar cek cok keduanya, istri dari kakak Jeong Ji man menyuruh mereka untuk tenang dan meminta Jeong Ji man pulang bersama Jeong Ji-an, khawatir ia akan menimbulkan masalah karena masih banyak urusan yang harus dikerjakan.

Kedua kakak Jeong Ji-man tidak menyadari bahwa ada bahaya besar yang mengintai dan akan merenggut nyawa keduanya, hingga seorang lelaki datang dan memperkenalkan diri sebagai teman lama Jeong Ji-man sambil tersenyum puas.

Saat Jeong Ji-man dan Jeong Ji-an telah berada di rumah, Jeong Ji-man sedikit memberikan pesan kepada Jeong Ji-an untuk menjadi orang yang kuat dan tidak takut dengan apapun, seperti perumpamaan singa yang sedang dikepung para hyena untuk makan malamnya, singa tidak takut akan jumlahnya hyena yang banyak, namun singa tetap tenang dan menghadapi musuhnya dengan sekuat tenaga, meski akhirnya singa tetap mati.

Telepon Jeong Ji-man berdering dan mengharuskannya untuk pergi meninggalkan Jeong Ji-an sendiri, ia berpesan bahwa Jeong Ji-an bahwa tidak boleh membuka pintu untuk siapapun, kecuali teman Jeong Ji-man yang mengetahui jawaban benar teka-teki yang dibuatnya sendiri.

Keesokan harinya, Jeong Ji-an mendengar suara ketukan pintu, ia tidak serta merta membukakan pintu kepada orang asing, ia menjalankan pesan pamannya untuk memberikan teka-teki terlebih dahulu hingga ia bisa menjawab dengan tepat.   

Benar sesuai dugaan pamannya, Jeong Ji-an didatangi pembunuh yang nyaris membunuhnya, untung teman pamannya segera datang dan berhasil menyelamatkan Jeong Ji-an. Namun, nyawa teman pamannya tidak tertolong demi melindungi Jeong Ji-an.

Jeong Ji-an kecil yang cerdik, ia kabur melalui jendela kamarnya dan menjatuhkan diri di sofa, lalu saat pelarian, ia tertabrak mobil dan diselamatkan oleh polisi yang membawanya ke rumah sakit. Tidak berhenti sampai situ, pembunuh mengejarnya sampai ke rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun