Mohon tunggu...
Zhee Rafhy
Zhee Rafhy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir

Sajak kecil yang tidak puitis, Lelaki kecil yang tidak romantis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Euforia Patah Hati

19 Mei 2019   23:08 Diperbarui: 19 Mei 2019   23:55 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan-ungkapan itu pada umumnya di pakai oleh sepasang mahluk yang tengah di mabuk cinta hanyalah sekedar simbolis belaka. Bagi mereka yang belum mengetahui perasan satu sama lainnya. Sedang kita sudah saling mengerti satu-sama lain. Lalu buat apa lagi mengucapkan kata-kata itu? Cukup lama kita berjalan berdua seperti itu, sebagai sepasang kekasih yang selalu bahagia. Mungkin sudah sekitar setahun lebih lamanya. Aku selalu ambigu jikalau harus mengingat dengan pasti kapan kita jadian? Atau mungkin kita sama sekali tak pernah jadian? ahh entahlah.

Yang pasti aku di hinggapi perasaan kosong, jenuh yang berkepanjangan. Sepanjang hubungan kita tak pernah ada masalah sekecil apa pun. Kamu tiba-tiba menjadi seorang pria yang begitu baik dan pengertian. Sedang aku berubah menjadi lembut dan penurut. Kau tak perlu heran, karena cinta terkadang memang mampu mengubah segalanya. Mengubah besi menjadi emas, mengubah waras menjadi gila, mengubah kelinci menjadi monster bahkan sanggup  mengubah sahabat menjadi musuh. 

Sepanjang perjalanan kita itu kau tak pernah sekali pun marah atau membuat aku kesal seperti yang sering kau lakukan dulu ketika kau masih berdiri disisiku sebagai seorang sahabat. Aku tak harus selalu menyapamu atau memberi tahu keadaanku selama 24 jam non stop. Aku tak harus mengurung diri di dalam kamarku ketika kau sibuk bekerja dan hampir tak memiliki waktu luang. Aku tak harus menuruti semua omonganmu, dan mendengarkan ocehanmu setiap saat. Kau terlalu memberikan aku jeda. Terlalu membiarkan aku terjebak pada ruang luas yang tak memiliki batasan. Aku bebas, meski hampa.

Aku tahu itu bukan salahmu. Kau paham aku tak suka di kekang. Kini aku jusru mengingini saat-saat seperti itu. Merindukan saat-saat yang ada seperti dulu. Aku rindu di buat marah, kesal, kecewa, bahkan menangis dengan air mata luka.  Dengan kata lain, mungkin aku merindukan patah hati yang tak pernah aku alami saat bersamamu.

Kau selalu memberikan kebahagiaan berkasih yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Tetapi terlalu bahagia sehingga aku lupa bagai mana rasanya terluka hatinya. Hubungan yang seperti ini mungkin terlihat menyenangkan, tetapi sebanarnya yang justru aku rasakan hambar. Hari-hariku yang dahulu kau penuhi warna perlahan-lahan warnanya semakin terang menua dan gelap seiring waktu. Tak lama kemudian menjelma menjadi warna hitam keseluruhannya. Dan kau tahu, rasanya pengap bagai tanpa udara. 

Senja itu di hari terakhir bulan Sebtember aku kembali menyita waktumu. Aku memintamu datang setelah janji-jaji beberapa hari terakhir ini kau ingkari tanpa alasan. Aku terus-terusan mendesakmu hingga kau setuju. Aku menyaksikan kedatanganmu dari kejauhan, berjalan perlahan sambil clingak-clinguk mencari seseorang. Aku melambaikan tanganku dan kau mendekat. Sebelum sempat kau meletakkan tas ransel yang membebani punggungmu. Sebelum kau sempat menyandarkan lelah perjalananmu di bangku cafe itu, aku langsung menyergapmu dengan kata-kata yang membebani pikiranku.

"Aku ingin berpisah... emmmmh, maksudku aku ingin mengakhiri hubungan tanpa kejelasan ini. Aku ingin kita kembali bersahabat seperti dulu."

"Apakah kau pikir itu muda?" katamu sambil meletakkan tas dan melepas jaket hijau marunmu.

"Emmm, segala sesuatu itu memang tak muda ketika di jalani. Tetapi memilih bertahan ataupun memilih meninggalkan seutuhnya tentu suatu hal yang akan menjadi kannya justru semakin rumit dan tak mudah. Apakah kau lupa kita adalah sepasang sahabat? Akan membutuhkan waktu yang sangat panjang agar aku bisa melupakanmu seutuhnya. Aku yakin, kita mungkin hanya akan saling menyiksa diri"

"Baiklah. Kita jalani saja dulu. Aku kembali menjadi sahabatmu dan melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita satu tahun terakhir ini." Katamu enteng tanpa berpikir panjang.

"Emmmmm..." aku mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun