Mohon tunggu...
Zhee Rafhy
Zhee Rafhy Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir

Sajak kecil yang tidak puitis, Lelaki kecil yang tidak romantis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melawan Takdir

16 Februari 2019   00:04 Diperbarui: 16 Februari 2019   00:05 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun apakah ada seorang manusia yang mampu untuk melawan kehendak takdir? Jutaan manusia yang terlahir sebelum kamu, bahkan setelah kamu tak ada satu pun yang mampu melawan kecuali para Nabi. Namun apakah kamu seorang Nabi?

Di dalam kitab suci Tuhan mungkin menyebutkan bahwa tak ada sesosok manusia atau seorang pun yang mampu mengubah nasibnya kecuali atas dirinya sendiri. Terlebih ketika dirimu dihadapkan pada suatu pilihan dan kamu akan mengambil pilihan yang menurut dirimu terbaik untukmu. Namun jauh-jauh hari Tuhan telah menetapkan bahwa kamu akan memilih jalan yang kini sedang engkau lalui.

***

Waktu kini mungkin telah lebih banyak menghujamkan jarum-jarum tajamnya ke arah dirimu sehingga kamu sekarang telah tumbuh menjadi sosok remaja yang tangguh dan menyimpan banyak misteri yang lebih sering kau simpan dalam diam. Kamu lebih suka menyendiri menarik diri dari pergumulan orang-orang di sekelilingmu. Meski mereka sebenarnya berusaha untuk mendekatimu, agar bisa berteman sedekat mungkin denganmu.

Tetapi pengalaman-pengalaman dirimu di masa lalu tak bisa membuatmu begitu saja serta merta membuka diri untuk menerima tawaran pertemanan mereka. Bagimu tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus tanpa disertai niat terselubung. Mereka kebanyakan hanya mengincar uang darimu saja. Hasil dari kerja keras Ayahmu untuk memenuhi segala kebutuhan dan keperluan hidupmu sepeninggal Ibumu.

Yahh... Ibu kamu meninggal berselang beberapa hari setelah melahirkan dirimu. Ibu kamu yang mewarisakan kekeras kepalaannya kepadamu, hari itu seusai persalinan ngotot untuk segera pulang kerumah. Ia memang begitu benci dengan suasana dan aroma rumah sakit. Dokter dan perawat tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memperingatkan agar berhati-hati sebab luka rahim sesuai melahirkan belum lagi pulih. Tetapi nasib naas memanglah tidak dapat dihindari.

Ke esokan harinya Ibu kamu terjatuh dari tangga lantai dua rumahmu dan mengalamai pendarahan hebat. Ia masih sempat dilarikan kerumah sakit dan menerima perawatan selama beberapa hari. Sebelum akhirnya Dokter tak mampu berbuat apa-apa lagi. Ibu kamu tidak dapat tertolong tanpa kamu mampu mengenali wajahnya sama sekali kecuali melaui foto-foto yang masih terpampang di ruang tamu rumahmu. Sepeninggal Ibumu, kamu dibesarkan oleh seorang pembantu sekaligus pengasuh untukmu sampai dewasa ini.

Sedangkan Ayahmu berkerja keras siang dan malam yang mengantarkannya menjadi salah seorang pengusaha sukses yang kaya raya. Segala kebutuhanmu terpenuhi. Segala keinginanmu terwujud. Barang-barang mahal, mainan-mainan mewah hampir semuanya kau miliki. Tak heran ketika masih di Sekolah Dasar, kamu memiliki banyak teman. Kamu senang berteman dengan mereka.

Kamu seringkali membawa mainan-mainan mewah milikmu ke sekolah. Semua teman-temanmu bergantian memainkannya. Dan ketika mainan milikmu rusak, mereka mengembalikannya kepadamu. Kemudian menjauhimu. Menurut mereka kamu orang yang sangat membosankan. Dan kamu memang tidak pandai bergaul sebab keseharian kamu hanya dalam rumah megah bak istana yang terhalang pagar besi. Mereka teman-teman sekelasmu hanya ingin berteman denganmu dikarenankan mainan mewahmu saja. Jikalau bukan karena itu mereka tidak akan peduli dan sama sekali tidak tertarik berteman denganmu.

Beberapa diantara teman-teman kamu bahkan tidak segan-segan berlaku kasar terhadap kamu ketika kamu tidak membawakan mainan seperti yang mereka minta. Terkadang mereka mengambilnya membawanya pulang, atau terkadang pula dengan sengaja merusakkannya.

Perlakuan kasar seperti ini terus-terusan kamu terima dan terus berlanjut dari bangku SD, SMP, bahkan sampai dibangku SMA. Karenanya pemahaman tetang tidak-adanya pertemanan yang tulus telah tertanam cukup kuat di dalam dirimu. Kamu menghindari bergaul dan berteman dengan siapa pun. Membaca buku di dalam kelas atau perpustakaan sekolah adalah satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan selama berada di luar rumah. Dan saat kembali kerumah kamu hanya akan menghabiskan waktu di dalam kamar seharian yang terkunci. Kamu menghindari untuk bertemu Ayahmu yang menurutmu sama brengseknya dari teman-tamanmu. Atau mungkin bahkan lebih brengsek dari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun