Untuk diri yang masih dalam kubangan luka yang tercipta.
Untuk kisah yang singkat dengan balutan luka yang hebat.
Seolah membuat semuanya bersemat dan menjadikan ini semakin kuat.
Februari, kau belum kembali dan aku terus menanti.
Aku berdoa dalam hati. Semoga dalam waktu yang telah dijanjikan kau datang dengan segenap harapan.
Merangkulku yang tak pernah lelah menunggu.
Februari...
ia sudah pergi, dan kini selamanya aku sendiri.
Aku patah, tampa sempat membantah.Â
Duniaku rapuh, bahkan hampir runtuh.
Aku lelah, tapi semesta belum mengizinkan tuk menyerah.
Ternyata memang baik ya menertawakan luka.
Membuatnya riang ditengah keramaian.
Walau setelah itu, tetap saja kita hanya akan menjadi semu, yang diiringi begitu banyaknya ragu yang merayu ditengah sendu.
Pada akhirnya. Aku adalah aku dan kamu tetaplah seorang yang selalu ku rindu dan ku tunggu.Â
Kita asing.
Kita selesai. Kita usai, sebelum memulai.
Melangkah sendiri lagi di Februari ini.
Februari, dia kembali tapi hanya memberi luka lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H