Mohon tunggu...
Zennyna Aristiya
Zennyna Aristiya Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Universitas Indonesia. Sedang dalam proses menciptakan perubahan besar untuk Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ibu dan Ayah, Tolong Perhatikan Ini

24 Juli 2015   15:52 Diperbarui: 24 Juli 2015   15:52 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

  1. Tidak membiasakan anak berolahraga

Ketika itu tante saya dengan bangga mengatakan bahwa hal yang diutamakan oleh dirinya untuk anak-anaknya adalah pendidikan. Dia tidak pernah menganjurkan anaknya untuk mengikuti kegiatan dari sekolah seperti renang, futsal, dan pramuka. Anaknya memang memiliki nilai bagus di rapor, tapi saya perhatikan, betapa membosankannya anak-anaknya. She looks haughty, bahkan cenderung tidak dapat berbaur ketika ada acara keluarga, gerakannya juga lambat. Percayalah, olahraga sangat bermanfaat bukan hanya bagi kesehatan. Melalui aktifitas olahraga, akan membangun pikiran positif, pikiran positif akan memancarkan aura positif. Itulah mengapa orang-orang dengan tubuh indah karena rutin berolahraga terlihat lebih cantik dan bahagia. Selain itu, olahraga juga bisa menambah teman baru.

 

  1. Mudah memberikan fasilitas gadget canggih

“Yeah, my parents have god job, they earn much money. It is not a problem to ask newest gadget.” Inilah yang ada dipikiran anak anda ketika anda dengan mudah memberikannya gadget canggih. Mereka menjadi kurang dapat menghargai uang, effortless to get what they want, memancing tindak kejahatan. Entah orang tua menyadari ini atau tidak, namun memberikan gadget pada anak merupakan cara mereka untuk menutup mulut anak mereka, membuat anak mereka duduk manis.

 

  1. Parents often feed their children with negative words

‘ayo bangun, jangan malas.’

‘kamu apa-apa harus dikasih tau, ngga ada inisiatifnya banget.’

‘yang malas belajar itu anak bodoh’

Malas, tidak memiliki inisiatif, bodoh merupakan kata-kata yang negative. Semakin sering orang tua mengatakan hal itu kepada anak mereka, semakin hal tersebut tertanam dalam alam bawah sadarnya, akibatnya hal tersebut akan melekat dalam dirinya. Daripada mengatakan ’jangan malas’, akan lebih baik jika mengatakan ‘ayo bangun, jadi anak rajin yuk’. Cobalah untuk membalik kata-kata negative itu menjadi positif dalam segala kondisi. Secara perlahan, hal tersebut dapat membangunkan alam bawa sadar anak anda untuk melaksanakan instruksi positif yang sering mereka dengar dari anda.

 

  1. Mengapresiasi hasil bukan proses

Tanpa alasan yang jelas, tanpa anak berusaha melakukan sesuatu, saya sering mendengar orang tua memuji anaknya dengan ‘anak pintar’. Come on mom and dad, those words could make your children become haughty with zero capacity. Lihatlah dulu apa yang anak anda lakukan, misalnya, ketika dia bersedia merapikan kamarnya sendiri, puji apa yang dia lakukan, bukan hasilnya. Anda dapat mengatakan,’ibu lihat kamu begitu bersemangat merapikan kamar mu sendiri, ibu senang sekali melihatnya.’ Jangan berfokus pada hasil, tapi cobalah memuji prosesnya. Dengan begitu, anda juga menerapkan kejujuran dan kepercayaan diri pada anak anda. They will not feel stressed for exam, They won’t cheating during exam because they have prepared well, and they are confident with the outcome.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun