Apa Itu Stunting?
Stunting adalah kondisi ketika seorang anak memiliki tinggi badan yang lebih rendah daripada rata-rata usianya karena kekurangan nutrisi selama jangka waktu yang lama. Stunting tidak hanya menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih rendah, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, yang berdampak pada kemampuan kognitif dan daya serap belajar anak. Dengan demikian, anak-anak yang mengalami stunting lebih cenderung mengalami kesulitan dalam pendidikan dan memiliki peluang yang lebih rendah untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan.
Bagaimana Kondisi Stunting di Indonesia Saat Ini?
Stunting menjadi persoalan penting di Indonesia yang membutuhkan perhatian serius dari pihak pemerintah. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka stunting dari tahun 2013 hingga 2024 telah turun dari 37,6% menjadi 21,5% pada 2023. Meskipun angka stunting di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, angka ini masih belum mencapai target pemerintah, yaitu 14%. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa angka stunting di Indonesia harus berada di bawah 20%, namun Indonesia saat ini belum mampu mencapainya.
Apa Penyebab Stunting di Indonesia?
Di Indonesia, stunting disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan dan cukup kompleks, yaitu:
1. Gizi yang Buruk pada Ibu dan Anak
Kekurangan asupan gizi pada ibu sebelum hamil, selama kehamilan, dan pada 1.000 hari pertama kehidupan anak menghambat pertumbuhan mereka. Kurangnya gizi pada ibu hamil mengganggu perkembangan janin, sementara kekurangan nutrisi pada bayi baru lahir dapat memengaruhi kualitas ASI. Pada dua tahun pertama, ASI eksklusif sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.
2. Keterbatasan Kondisi Ekonomi Keluarga
Masalah ekonomi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan stunting di Indonesia. Keluarga yang berpendapatan rendah mengalami kesulitan dalam memperoleh makanan bernutrisi, sehingga menyebabkan kurangnya asupan gizi pada anak mereka. Hal ini memperburuk kondisi gizi anak-anak yang sangat memerlukan asupan nutrisi yang cukup.
3. Kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat
Di Indonesia, masih banyak orang tua yang kurang sadar akan pentingnya makanan bergizi dan tidak memiliki pengetahuan tentang makanan sehat untuk anak-anak mereka. Â Pemberian makanan yang tidak sesuai juga berperan dalam gizi buruk pada anak. Tak sedikit dari mereka menyepelekan akan pentingnya makanan sehat kepada anak.
4. Sanitasi yang Buruk
Kondisi lingkungan dan sanitasi berperan penting dalam kesehatan anak. Lingkungan yang kotor dapat menyebabkan infeksi dan penyakit, seperti diare dan infeksi parasit, yang mengganggu penyerapan nutrisi dan memperburuk kondisi gizi anak. Sanitasi yang buruk dan terbatasnya akses terhadap air bersih berdampak besar pada pertumbuhan stunting. Kondisi ini banyak dijumpai di daerah pelosok desa.
5. Terbatasnya Akses Pelayanan Kesehatan
Di daerah pelosok pedesaan, masih banyak yang belum memiliki fasilitas kesehatan. Tentu saja, hal ini menjadi kendala untuk mengatasi masalah gizi buruk di wilayah tersebut. Kurangnya kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan gizi secara rutin juga berpengaruh pada upaya pencegahan gizi buruk.
Apa Dampak dari Stunting?
Menurut Kementerian Kesehatan, dampak stunting dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1. Dampak KesehatanÂ
- Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus)
- Hambatan perkembangan kognitif dan motorik.
- Gangguan metabolik pada saat dewasa, yang berisiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lain sebagainya).
2. Dampak Ekonomi
Selain itu, stunting juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Kerugian ekonomi akibat stunting diperkirakan mencapai 2-3% dari PDB suatu negara, yang disebabkan oleh penurunan produktivitas, peningkatan biaya kesehatan, serta dampak negatif terhadap pendidikan dan pembangunan.
Apa Solusi untuk Mengatasi Masalah Stunting di Indonesia?
Upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menangani masalah stunting di Indonesia.
1. Mendistribusikan suplemen zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) kepada remaja putri melalui program gizi yang dapat disalurkan di sekolah, dengan PMR sebagai pihak yang mendistribusikan. Selain itu, menjalankan program penyediaan makanan bergizi seimbang.
2. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan pemeriksaan rutin untuk ibu hamil, serta pemberian makanan berprotein, terutama yang bersumber dari hewani, pada anak usia 6-24 bulan.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap remaja putri dan ibu hamil. Untuk remaja putri yang menerima Tablet Tambah Darah (TTD), kadar hemoglobin dalam darah diukur, sementara untuk ibu hamil, kadar zat besi dan status gizi dievaluasi. Selain itu, ibu hamil juga menjalani pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk memantau perkembangan kandungannya.
Selain solusi di atas, ada beberapa solusi lain yang juga dapat mengatasi masalah stunting di Indonesia.
1. Peningkatan program penanggulangan kemiskinan yang bertujuan untuk mengurangi angka kemiskinan di suatu wilayah. Melalui program bantuan sosial, beban keluarga miskin dapat dikurangi dan membantu mereka memenuhi kebutuhan gizi yang lebih baik.
2. Mengembangkan program pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk mengedukasi orang tua tentang pentingnya makanan bergizi, termasuk pola makan sehat dan tepat untuk anak mereka, seperti pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama, MPASI setelah enam bulan, dan pola makan yang baik untuk balita.
3. Perbaikan sanitasi dan lingkungan juga merupakan solusi penting dalam mengatasi stunting di Indonesia. Peningkatan sarana sanitasi dan akses terhadap air bersih harus menjadi prioritas. Selain itu, penyuluhan tentang kebersihan pribadi dan sanitasi yang baik juga perlu dilakukan.
4. Peningkatan akses pelayanan kesehatan di seluruh daerah. Penting untuk meningkatkan akses layanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan, tertinggal, dan terpencil. Gizi buruk pada anak dapat dicegah dan diatasi dengan layanan kesehatan yang memadai serta pemeriksaan gizi rutin.
Kesimpulan
Stunting di Indonesia merupakan masalah serius yang disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, seperti kekurangan gizi, keterbatasan ekonomi, rendahnya kesadaran masyarakat, sanitasi yang buruk, dan akses terbatas ke layanan kesehatan. Masalah ini tidak hanya berdampak pada kesehatan anak, tetapi juga memengaruhi perekonomian serta pembangunan sumber daya manusia di masa depan. Meskipun angka stunting menunjukkan penurunan, Indonesia masih menghadapi tantangan besar untuk mencapai target yang ditetapkan.
Solusi untuk mengatasi stunting meliputi peningkatan akses layanan kesehatan, distribusi suplemen gizi, edukasi kepada masyarakat, dan perbaikan sanitasi serta lingkungan. Selain itu, penguatan program penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesadaran gizi juga sangat penting. Dengan kolaborasi yang baik, diharapkan Indonesia dapat mengurangi angka stunting secara signifikan dan meningkatkan kualitas hidup generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H