Gambar; Fanspage Wanita BerhijabBunyi klakson dari deretan mobil yang berjejal saling berlomba paling nyaring, sopir-sopir makin meluap kekesalannya menghadapi kemacetan yang sudah tiga jam berlangsung.
Wajah bersimbah peluh itu melambaikan tangan ke arahku, "Hai ...! Maaf, udah nungguin lama," serunya di antara bunyi klakson.
Napasnya tersengal setelah menyibak deretan mobil yang mengular, pemuda berwajah oriental itu kini tersenyum di hadapanku," Sorry ...." Tangannya membentuk huruf V.
"Gak apa-apa, kok, lagian macet kota Ciawi memang udah menggila."
"Rima, kamu beneran mau nemenin aku?" Matanya menatapku tajam, mata sipit yang menurutku mirip mata milik Rain-- aktor korea yang gantengnya overdosis.
"Iya, ayo! Bentar lagi makin panas, nih."
"Ok, makasih, ya, Ri ...."
"Sama-sama, Yusuf."
Akhirnya kami duduk di sebuah bus. AC yang berembus dalam volume full pun tak membuatku nyaman, bukan. Bukan karena terlalu gerah, tetapi jantungku mendadak berdegup melonjak-lonjak. Tenggorokanku seketika kering.
Tiba-tiba jemarinya menumpu di atas tanganku, sebuah sensasi aneh pun mengalir deras di tubuhku.