KRI Irian 201 menjadi acuan militer Indonesia dalam memperkuat pertahanan negara, kapal ini adalah yang paling canggih pada masanya.Â
Dengan Meriam Triple B38/L57 Kaliber 152 mm, Twin SM-5-1 Kaliber 100 mm, Twin V-11M Kaliber 37 mm, dan PTA 53-68-bis Kaliber 553 mm menjadikannya Kapal Perang terkuat pada zaman itu.Â
Keberhasilan kapal ini tidak hanya meningkatkan kekuatan militer Indonesia, tapi menjadi bukti nyata komitmen Uni Soviet untuk mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia.Â
Berkat KRI Irian 201 Indonesia mendapat keuntungan yang tidak hanya soal pertahanan militer, kapal ini adalah simbol perlawanan dan solidaritas dalam perjuangan melawan Kolonialisme.Â
Larisa M. Efimova Pakar Sejarah dari Moscow State Institute of International Relations menjelaskan, pada akhir 1949 di Konferensi Meja Bundar Belanda mengakui kedaulatan Indoneia di ekonomi, politik, dan militer.Â
Negeri Kincir Angin itu mengakui 16 wilayah negara bagian milik Indonesia, kecuali Irian Barat pemerintah Belanda bersikeras untuk mempertahankan pengaruhnya di sana.Â
Di sisi lain Indonesia juga ngotot bahwa wilayah itu adalah bagian dari Indonesia, sempat dilakukan upaya negosiasi untuk menyelesaikan persoalan ini.Â
Pada 25 Januari 1950 Uni Soviet dengan tegas mengakui kemerdekaan Indonesia dari pemerintah Belanda, di tahun inilah hubungan diplomatik antara Uni Soviet dan Indonesia dimulai sampai berjuang bersama membebaskan Irian Barat.
Â
Ikut Memerangi Belanda
Uni Soviet secara terbuka melalui media menentang campur tangan Belanda yang didukung oleh NATO di wilayah Indonesia, negara yang kini bernama Rusia itu berkomitmen untuk memerdekakan Indonesia dari cengkraman Belanda.Â