Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ini Dia Kapal Perang Giveaway dari Rusia untuk Indonesia! Kisah KRI Irian 201

13 September 2024   11:32 Diperbarui: 14 September 2024   11:05 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: DEFENSE STUDIES (potret KRI Irian 201 yang sedang berlayar)

Uni Soviet X Indonesia       

Setelah Perang Dunia 2 berakhir hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet meguat saat keduanya menjalin kerja sama diplomatik pada 1950, saat itu Uni Soviet membutuhkan sekutu di Asia Tengara sedangkan Indonesia butuh bantuan untuk menyingkirkan dominasi Belanda. 

Salah satu warisan kerja sama Indonesia dengan Negeri Beruang Merah itu, adalah sebuah Kapal Perang bernama KRI Irian 201. 

Puncak romantisme hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet terjadi di awal 1950an, ketika negara terkuat di Eropa itu membantu membangun angkatan bersenjata Indonesia dari nol. 

Mereka bahkan mengirimkan ribuan senjata dan alat-alat perang ke Indonesia yang nilainya mencapai 1 milyar US Dollar, salah satu yang paling dikenang dalam sejarah militer Indonesia adalah Proyek Ordzhonikidze (KRI Irian 201). 

Kapal ini tidak hanya menjadi bukti peran Uni Soviet dalam memperkuat Angkatan Laut Indonesia, tapi juga menggambarkan betapa rumitnya kondisi geopolitik dunia saat itu. 

Rangga Pandu Asmara Jingga Jurnalis ANTARA News menjelaskan, menurut Arief Setiawan Dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya. 

Persaudaraan antara Indonesia dan Uni Soviet telah terjalin sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno tepatnya tahun 1956, waktu itu Soviet membantu militer Indonesia dalam Operasi Pembebasan Irian Barat dengan menyediakan alutsista. 

Negara yang kini bernama Rusia tersebut juga membantu Indonesia di sektor pendidikan, dengan mendirikan People's Friendship University of Rusia.

Kisah Awal Kapal Ordzhonikidze

KRI Irian 201 merupakan kapal Uni Soviet pertama sepanjang sejarah Perang Dunia 2 yang diberikan kepada negara asing, kisah kapal perang ini berawal dari perang kemerdekaan Indonesia saat itu Insinyur-Insinyur Soviet ditugaskan membuat sebuah kapal perang. 

Dengan tujuan memperkuat armada laut Indonesia pasca Perang Dunia 2, Proyek ini dinamakan '68-bis' di sini untuk pertama kalinya Soviet menggunakan teknologi pengelasan lambung kapal. 

Badan mesin tempur ini bobotnya mencapai 150 ton, akhirnya terciptalah kapal perang yang sedikit berbeda dengan kapal perang pada umumnya. 

KRI Irian 201 dilengkapi Meriam Kaliber Kecil (150 mm) sedangkan kapal perang Soviet umumnya memiliki Meriam Kalber 203 mm, karena menggunakan senjata kaliber kecil kapal ini menjadi lebih ringan. 

Sehingga cenderung lebih lincah dibandingkan kapal-kapal perang lain, Ordzhonikidze memiliki 12 Meriam Utama Kalber 152 mm, 12 Merian Kaliber 100 mm, dan 32 Meriam Kaliber 37 mm. 

Alexander Korolkov Jurnalis Rusia Beyond menjelaskan, kapal ini juga dilengkapi 2 set Torpedo Kaliber 533 mm dan namanya diambil dari seorang Tokoh Revolusioner Rusia Grigory Ordzhonikidze. 

Kapal Angkatan Laut Soviet ini mulai dioperasikan pada 1952, kapal ini tercatat dalam sejarah Perang Dingin kejadian paling ikonik dialami Ordzhonikidze. 

Adalah usaha pegemboman yang dilakukan Tentara Penyelam Inggris, ia berusaha memasang bom di lambung bawah kapal namun usaha tersebut gagal. 

Bom yang diledakan bukannya menenggelamkan kapal malah mengenai Tentara Penyelam Inggirs itu sendiri, hal itu membuatnya tewas seketika belakangan diketahui dia adalah seorang Intelijen MI6 bernama Lionel Crabb.


Kebijakan Luar Negeri Soviet

Tidak banyak yang mengetahui bahwa Uni Soviet berperan besar dalam perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan, salah satunya melalui Kebijakan Luar Negeri Soviet yang berawal dari kunjungan Pemimpin Uni Soviet Nikita Krushchev ke Indonesia pada Februari 1960. 

Di sana Krushchev menandatangani perjanjian untuk penyediaan kapal, pesawat, helikopter, tank, dan alat-alat perang lainnya. 

Kapal Ordzhonikidze adalah yang paling mahal dari semua instrumen perang yang diberikan Soviet kepada Indonesia, kapal ini diberangkatkan ke Indonesia pada April 1962 yakni 4 bulan setelah berakhirnya Operasi pembebasan Irian Barat. 

Dari sini kemudian peran Uni Soviet, dalam usaha-usaha memerdekakan Indonesia dari Belanda menjadi sangat jelas. 

Saat itu Soviet tidak hanya berkomitmen untuk menyediakan peralatan perang dan memperkuat militer Indonesia, bahkan Tentara dan Perwira Soviet terjun langsung ke beebrapa pos-pos perang saat Operasi Pembebasan Irian Barat. 

Ahmad Fahrurodji Dosen Sejarah Universitas Indonesia sekaligus Penulis Jurnal Springer menjelaskan, di era kepemimpinan Nikita Krushchev setelah meninggalnya Stalin. 

Ia memang sangat memperhatikan negara-negara Dunia Ketiga salah satunya Indonesia, karena baginya negara-negara ini sangat potensial menjadi kekuatan ekonomi politik yang baru untuk melawan dominasi Amerika. 

Di era pemerintahan Krushchev Uni Soviet berhasil mendapat momentum yang tepat, untuk menjalin kerja sama diplomatik dengan Indonesia. 

Peran Krushchev sebagai pemimpin negara sangat penting dalam membangun sikap dan keberpihakan Soviet kepada Indonesia, ditambah lagi Krushchev sangat menghormati Soekarno begitu pun sebaliknya.

Berani Melawan Inggris & Amerika

Karena sangat melindungi dan membela Indonesia Uni Soviet harus berhadapan dengan sekutu Belanda di NATO yakni Inggris dan Amerika, jika berkomitmen untuk melepaskan Indonesia dari pengaruh Belanda Soviet harus siap dengan risiko terjadinya Perang Dunia 3. 

KRI Irian 201 menjadi acuan militer Indonesia dalam memperkuat pertahanan negara, kapal ini adalah yang paling canggih pada masanya. 

Dengan Meriam Triple B38/L57 Kaliber 152 mm, Twin SM-5-1 Kaliber 100 mm, Twin V-11M Kaliber 37 mm, dan PTA 53-68-bis Kaliber 553 mm menjadikannya Kapal Perang terkuat pada zaman itu. 

Keberhasilan kapal ini tidak hanya meningkatkan kekuatan militer Indonesia, tapi menjadi bukti nyata komitmen Uni Soviet untuk mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. 

Berkat KRI Irian 201 Indonesia mendapat keuntungan yang tidak hanya soal pertahanan militer, kapal ini adalah simbol perlawanan dan solidaritas dalam perjuangan melawan Kolonialisme. 

Larisa M. Efimova Pakar Sejarah dari Moscow State Institute of International Relations menjelaskan, pada akhir 1949 di Konferensi Meja Bundar Belanda mengakui kedaulatan Indoneia di ekonomi, politik, dan militer. 

Negeri Kincir Angin itu mengakui 16 wilayah negara bagian milik Indonesia, kecuali Irian Barat pemerintah Belanda bersikeras untuk mempertahankan pengaruhnya di sana. 

Di sisi lain Indonesia juga ngotot bahwa wilayah itu adalah bagian dari Indonesia, sempat dilakukan upaya negosiasi untuk menyelesaikan persoalan ini. 

Pada 25 Januari 1950 Uni Soviet dengan tegas mengakui kemerdekaan Indonesia dari pemerintah Belanda, di tahun inilah hubungan diplomatik antara Uni Soviet dan Indonesia dimulai sampai berjuang bersama membebaskan Irian Barat.

 

Ikut Memerangi Belanda

Uni Soviet secara terbuka melalui media menentang campur tangan Belanda yang didukung oleh NATO di wilayah Indonesia, negara yang kini bernama Rusia itu berkomitmen untuk memerdekakan Indonesia dari cengkraman Belanda. 

Selain menjadi simbol pertemanan antara Uni Soviet dan Indonesia, KRI Irian 201 juga menjadi saksi bisu meregangnya hubungan baik antara kedua negara ini.  

Setelah terjadi pemberontakan pada 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI dan pemerintahan Orde Baru mulai berkuasa, Presiden membubarkan Partai Komunis tersebut dan memblokir segala bentuk informasi tentang Komunisme di Indonesia. 

Ini membuat Soviet yang meruapakan negara Komunis terbesar di dunia saat itu, tidak mau lagi menjalin kerja sama diplomatik dan militer dengan Indonesia. 

Hendra Manurung Penulis Jurnal JASSP menjelaskan Presiden Soekarno menjalin hubungan baik dengan Uni Soviet, sejak 1956 saat dirinya berkunjung ke Moskow untuk menemui Pemimpin Soviet Nikita Krushchev.

Dalam jurnal berjudul, 'Enhancing Bilateral Cooperation: Indonesia-Russia Defense Relations' itu juga dijelaskan. 

Bahwa bukti kedekatan Indonesia dengan Negeri Beruang Merah itu terbukti dengan dibuatnya monumen-monumen di Jakarta, dimana tidak banyak yang tahu bahwa pembangunan tersebut terjadi berkat bantuan dana dari Pemerintah Soviet. 

Mulai dari Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Stadion gelora Bung Karno, Patung Pemuda di Senayan, Tugu Monas, Tugu Tani, sampai Bendungan Jatiluhur. 

Baru pada masa pemerintahan Orde Baru hubungan kedua negara ini mulau merenggang, karena munculnya gerakan anti-Komunis di Indonesia yang sangat masif akibat tragedi G30S PKI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun