Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ramadhan Itu Bulannya Perang! Ini yang Terjadi di Timur Tengah 1973

27 Maret 2024   21:00 Diperbarui: 28 Maret 2024   21:59 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: SINDOnews (potret rombongan tentara di Perang Yom Kippur) 

Yom Kippur                   

Sekitar 50 tahun yang lalu sebuah peperangan terjadi di Timur Tengah perang ini memiliki banyak sebutan ada yang menyebutnya Perang Yom Kippur, Perang Ramadhan, dan Perang Oktober tergantung pada siapa kita yang menjelaskan. 

Perang ini disebut sebagai salah satu yang paling mengerikan di Timur Tengah, sekaligus menjadi konflik yang sangat berpengaruh besar terhadap tatanan politik dunia. 

Siapakah yang terlibat dalam perang ini? Tentunya negara-negara Arab yang saat itu beraliansi dengan Suriah dan Mesir melawan Israel, lalu pertanyaan selanjutnya adalah apa yang menyebabkan perang ini terjadi?. 

Bisa dibilang perang ini merupakan akibat dari serangkaian konflik-konflik yang terjadi sebelumnya, pertama di tahun 1949, 1956, sampai 1967. 

Koalisi negara-negara Arab sedang terlibat konflik dengan Israel yang saat itu mendeklarasikan kemerdekaannya dari koalisi Liga Arab, setelah konflik 1948, 1956, dan 1967 Israel memperluas wilayahnya. 

Therresia Marisa Magdalena Jurnalis Liputan 6 menjelaskan perang ini dimulai pada 6 Oktober 1973, Amerika Serikat dan Rusia kemudian juga terlibat dalam konflik ini. 

Mereka menjadi 2 kubu yang bersetru dengan koalisi masing-masing Amerika dengan Israel melawan Rusia bersama Suriah dan Mesir, mereka sempat melakukan diplomasi  mengajak Israel ikut berunding. 

Saat itu negara-negara Liga Arab dianggap tidak adil dalam membuat kebijakan ekonomi politik, Israel yang merada dirugikan memutuskan untuk berontak dari kelompok koalisi tersebut.

Tawaran Anwar Sadat

Pada dasarnya perang ini merupakan lanjutan dari perang 6 hari (The Six Days of War) yang dimenangkan oleh Israel, kemenangan tersebut membuat wilayah Negara Zionis ini bertambah luas ia berhasil mengambil Semananjung Sinai dari Mesir. 

Yordania kehilangan Tepi Barat (West Bank) dan Yerusalem Timur, kemudian Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan, negara-negara Liga Arab khususnya Mesir dan Suriah menolak mengakui kedaulatan Israel. 

Hal inilah yang kemudian membuat konflik semakin parah, tidak hanya itu peperangan tahun 1967 menjadi perang yang memalukan bagi negara-negara Arab. 

Karena mereka dikalahkan oleh negara kecil bernama Israel belum lagi saat itu sedang konflik etnis, antara orang-orang Arab dengan Yahudi kemanangan Israel sebagai negara Yahudi menjadi pukulan telak bagi bangsa Arab. 

Sejak saat itu Mesir dan Suriah bertekad untuk membalas Israel, kemudian merebut kembali wilayah yang telah dikuasai Israel. 

Mengutip dari Jurnal Britanica dalam biografi Anwar Sadat dijelaskan sempat ada tawaran Perdamaian untuk perang ini, yakni pada pasa kepemimpinan Anwar Sadat di Mesir tahun 1970. 

Ia berusaha melakukan diplomasi dengan Pemerintah Israel untuk menghentikan peperangan dengan syarat, Israel harus mengembalikan Semenanjung Sinai yang sebelumnya direbut dari negaranya pada perang 6 hari tahun 1967. 

Namun perundingan itu tidak berhasil mencapai kesepakatan, Sadat pun akhirnya kembali melancarkan serangan Militer ke wilayah Israel bekerjasama dengan Militer Suriah. 

Tentara Mesir menyerang benteng pertahanan Israel pada 6 Oktober 1973 di Timur terusan Suez, itu merupakan tembok pertahanan Militer Israel yang cukup kuat namun Tentara Mesir berhasil membantai ribuan Tentara Israel.

Keterlibatan Amerika

Di hari pertama perang Pasukan Mesir menembus benteng pertahanan Israel di Terusan Suez sementara Suriah menyerang wilayah Dataran Tinggi Golan, Israel sempat terpojok karena serangan masif ini bertepatan pada Hari Raya Yom Kippur. 

Bisa dibilang Israel tidak siap tentara-tentara mereka sempat terpaksa mundur, di Dataran Tinggi Golan yang mana benteng pertahanan Israel di sana hanya dilindungi 180 Tank. 

Harus berhadapan dengan serangan 1.400 Tank Suriah kemudian di Terusan Suez kurang dari 500 Prajurit Israel, berhadapan dengan 80 ribu Prajurit Mesir. 

Saat itu Mesir benar-benar belajar dari kesalahan sebelumnya dimana armada pesawat tempur mereka masih menggunakan teknologi lama, berbeda dengan Israel yang sudah memiliki pesawat-pesawat tempur dengan teknologi  yang lebih modern. 

Mereka pun mengubah strategi dengan konsep bernama ‘payung udara’ artinya, Negara Piramida ini menggunakan Rudal untuk membombardir wilayah Israel dan Meriam Anti Serangan Udara. 

Julian Sayarer Jurnalis JACOBIN menjelaskan, Amerika serikat memberikan bantuan besar-besaran kepada Israel baik berupa senjata maupun finansial. 

Israel juga berusaha melakukan diplomasi dengan para petinggi Liga Arab, agar Mesir dan Suriah menghentikan serangan dan tidak mengambil wilayah Palestina.  

Richard Nixon yang saat itu menjabat sebagai Presiden Amerika memutuskan untuk mengehntikan bantuan kepada Israel selama satu minggu, ia pun berusaha melakukan diplomasi dengan Pemerintah Mesir. 

Hal ini dilakukan untuk membangun citra (pencitraan) Amerika supaya mereka dianggap sebagai juru damai, padahal di sisi lain mereka juga telah memberikan bantuan senjata kepada Israel.


Keterlibatan Rusia

Situasi perang semakin memanas ketika Rusia yang saat itu namanya masih Uni Soviet ikut campur dengan memberikan bantuan kepada Mesir dan Suriah, tidak mau kalah di bawah komando Richard Nixon. 

Amerika memberikan bantuan bahan bakar minyak besar-besaran kepada Israel untuk kendaraan-kendaraan tempur mereka, padahal saat itu negara-negara Liga Arab sudah memblokir jalur perlintasan laut untuk kapal minyak di wilayah mereka. 

Namun negeri Paman Sam itu tidak gentar, bahkan negara-negara sekutu mereka di Eropa saja menolak untuk membantu Israel karena ancaman sanksi ekonomi dari Liga Arab. 

Dengan bantuan dari Amerika Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Force), segera membalikan keadaan mereka berhasil menghancurkan sebagian Meriam Anti serangan Udara Mesir. 

Hal ini membuat Pasukan Israel di bawah komando Jenderal Ariel Sharon, berhasil menyeberangi Terusan Suez kemudian mengobrak-abrik benteng pertahanan Tentara Mesir. 

Amanda Onion Jurnalis HISTORY menjelaskan perang Oktober 1973 ini, membawa Amerika Serikat dan Uni Soviet ke dalam sebuah konflik dan permusuhan yang belum berakhir hingga sekarang. 

Perang Yom Kippur benar-benar merusak hubungan Amerika dan Soviet, Militer Amerika Serikat memberikan bantuan besar-besaran kepada Israel mulai dari senjata, amunisi, sampai bahan bakar. 

Di sisi lain Uni Soviet juga memberikan bantuan senjata kepada Mesir dan Suriah. Serangan balasan Israel berkat bantuan Amerika, berhasil memukul mundur Mesir di Terusan Suez dan Suriah di Dataran Tinggi Golan.

Resolusi 338

Raja Arab yang berkuasa saat itu Faisal bin Abdul Azis membuat kebijakan pembatasan produksi minyak hal ini membuat krisis energi terjadi di berbagai negara, sektor industri terancam bangkrut karena harga minyak melonjak derastis. 

Oleh karena itu 2 minggu setelah perang dimulai yakni pada 22 Oktober 1973, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dari situ keluarlah Resolusi 338 yang berisi kesepakatan untuk gencatan senjata. 

Namun meski sudah diberlakukan Reovolusi tersebut peperangan masih berlanjut selama beberapa hari, PBB kemudian memberikan seruan untuk gencatan senjata kepada 3 negara berkonflik ini. 

Dengan Resolusi 339 & 340, dunia internasional juga menyoroti perang ini negara-negara anggota Uni Eropa dan NATO juga ikut bersuara agar perang ini dihentikan. 

Mengutip dari UNSCR (situs resmi Dewan Keamanan PBB) Resolusi ini berisi 3 poin, pertama menyerukan kepada semua pihak yang terlibat perang ini untuk mengentikan semua aktivitas militer. 

Kedua menyerukan kepada semua pihak yang berkepentingan, untuk segera menerapkan kesepakatan gencata senjata sebagaimana yang tertulis di Resolusi Dewan Keamanan 242 (1967). 

Ketiga memutuskan dengan segera dan bersamaan terkait gencatan senjata, perundingan antara antara pihak-pihak yang berkonflik untuk menciptakan perdamaian dan keputusan yang adil di Timur Tengah.

Resolusi ini disepakati oleh perwakilan Dewan Keamanan PBB dari 14 negara yakni:

  • China
  • Amerika
  • Australia
  • Inggris
  • Austria
  • Guinea
  • Indonesia
  • India
  • Kenya
  • Panama
  • Peru
  • Sudan
  • Yugoslavia
  • Perancis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun