Untuk lebih meyakinkan, maka kutaruh sebuah botol hingga sekarang ada dua botol yang aku taruh disamping jalan kami. Kami kembali berjalan berharap sampai di pos pendakian.
Dan alangkah terkejutnya aku ketika kembali menemui dua botol yang aku taruh disamping jalan tadi.
Ternyata sejak tadi, leader yang didepan dan beberapa anggota tim lain sudah menyadari bahwa kami sudah berjalan yang jalannya itu-itu saja alias berputar-putar ditempat yang sama, dalam istilah orang tua disebut “takuruang dalam rimbo”.
Permintaan berteriak, membunyikan peluit dan membakar unggun sebenarnya untuk memberitahukan kepada orang yang dibawah sana bahwa kami tersesat. Setelah aku menyadai bahwa kami “dipermainkan” oleh sesuatu yang tidak kasat mata, maka aku meminta kepada leader yang didepan untuk berhenti dan berkumpul membentuk lingkaran.
“ada apa sebenarnya?” tanyaku.
“ya si bapak sudah mengerti, mengapa harus nanya balik?” ucap seseorang anggota tim.
Beberapa perempuan anggota tim yang lain langsung menangis, ya.. kata yang tidak kami ucapkan adalah bahwa kami tersesat dan di permainkan oleh penghuni rimba ini yang notabenenya adalah makhluk halus.
Aku menarik nafas sejenak dan memperhatikan rimbun hutan disekeliling.
“kita harus bakar api unggun dan jangan berjalan lagi, kalau berjalan bisa-bisa kita tersesat lebih jauh, biar orang mencari kita nanti”, usul seorang teman.
Namun anggota perempuan yang lain sambil menangis menolak, karena dia sudah janji untuk pulang besok kepada orang tuanya.
Seperti kembali mengambil posisi leader/pemimpin rombongan, aku kemudian meminta seluruh anggota tim untuk berkumpul dalam satu lingkaran dan saling memegang tangan. Sementara disekeliling kami terasa ada yang mengawasi.