Kutatap kedepan sepertinya ada yang menghadang jalan kami, tidak mengancam memang, namun cukup aneh. Di depanku menghadang seekor kucing hitam yang duduk santai ditengah-tengah jalan. Aku memandangi kucing tersebut, mata kucing yang terang dalam gelap itu terus memandangi aku yang semakin mendekatinya.
Kucing ini seperti bermain dilingkungannya dan seperti tidak terusik dengan kedatangan kami. Ketika sudah dekat, kucing tersebut melompat kesemak di sebelah kirinya. Aku hanya bingung dengan kejadian tersebut tanpa memberitahu ke teman-teman dibarisan belakang. Agar mereka tidak panik.
Keanehan melihat kucing hitam tersebut hanya permulaan saja.
Tepat di semak sebelah kiri tempat kucing hitam tadi melompat aku menyaksikan hal yang mengerikan, banyak mata-mata terang menatap kami, matanya mirip dengan kucing namun lebih besar!
Aku sangat terkejut dan secara tidak sengaja langkahku semakin cepat sambil menyeret paksa kekasihku yang menggenggm tanganku semenjak tadi, hingga dia menggaduh, “Pelan-pelan donk...”
Aku tidak peduli dengan suara gaduhnya, aku semakin mempercepat langkah. Sambil berjalan aku mengeluarkan rokok kretekku dan langsung menyalakan api untuk menghisap rokok tersebut dengan cepat dan menghebuskan asapnya secara cepat.
“sudah jangan merokok lagi...” pinta kekasihku.
Pintanya tak ku gubris.
“nanti aku jelaskan kenapa aku harus merokok”, ucapku sambil menoleh wajah cantiknya yang sudah kelelahan itu.
Menurut hal yang diajarkan oleh senior-senior pencinta alam, bahwa merokok itu perlu ditengah hutan dan berjalan ditengah kegelapan malam. Gunanya untuk memberitahu kepada binatang-binatang hutan bahwa keberadaan kita ada. Bau tembakau yang bercampur dengan cengkeh akan memberitahu binatang bahwa kita manusia sedang berjalan, maka binatang tersebut secara naluriah hewannya akan menjauhi kita.
“aduh.. kakiku sakit, pelan bang...” gaduh kekasihku kembali.