Mohon tunggu...
Bajang Sasak
Bajang Sasak Mohon Tunggu... lainnya -

Pram pernah berkata, "tulis, tulis, dan tulis meskipun tidak diterima penerbit. Suatu saat pasti berguna".

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

“Water Wars”, Konflik Penguasaan dan Pengelolaan Air

27 Desember 2018   02:45 Diperbarui: 27 Desember 2018   03:22 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu dibuka penambangan emas baru; di Tumpang Pitu Banyuwangi;  Pabrik Semen di kendeng;  proyek NYIA di Kulon Progo; proyek geotermal di kabupaten Solok, Sumatra;  dan banyak kasus lain yang turut mengancam kelestarian lingkungan dan nasib warga sekitar.

Sekian bentuk eksploitasi terhadap lingkungan yang disebutkan Shiva dalam buku ini menyumbang krisis air. Efek domino yang ditimbulkan ialah perang dalam wajahnya yang kedua, yakni perang dalam arti yang biasa kita pahami atau perang konvensional. Perang yang sesungguhnya seringkali dilatar belakangi oleh masalah krisis air ini, kemudian dikemas mejadi perang etnis atau agama. 

Lagi-lagi dalam konteks yang dia jelaskan, hal itu dianggap mudah kdilakukan karena memang latar belakang penduduk yang mendiami tepian sungai atau terdampak krisis air merupakan masyarakat yang terdiri dari beragam tradisi, seperti konflik air di sekitar Sungai Punja yang berkamuflase menjadi isu Sparatisme Kaum Sikh. 

Memang, kita sering dihadapkan pada isu semacam itu. Kerugian yang timbulkan karena ekploitsi air oleh segelintir orang harus ditutupi dengan isu sara. Warga jatuh tertimpa tangga pula.

Penutup
Buku ini ditutup dengan uraian mengenai berbagai cara pengelolaan atau manajemen air secara tradisional di India. Ada lebih dari 25 sistem irigasi dan air minum yang diciptakan oleh berbagai komunitas di India, seperti eri, keri, kunta, kulani, ahars, bandh, khadins, bundhies, sailata, kuthi, bandharas, low khongs, thodu, dongs, tanka, johad, nade, peta, kasht, paithu, bil, jheel, dan talaks. 

Shiva menganggap cara tradisional semacam itu tidak selalu ketinggalan zaman, melainkan justru cara-cara tradisional pengelolaan air seperti disebutkan pendekatannya adalah konservasi sehingga kelestarian lingkungan khususnya air tetap terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun