Azan maghrib sejak tadi usai. Jalanan beton yang dilapisi aspal tipis Gang Sapi masih tampak ramai.
Lalu lalang  kendaraan roda dua, atau pejalan kaki. Agaknya, pemicu keramaian, tak hanya suasana hari raya, tapi juga cuaca cerah betah mendampingi sejak pagi.
Tampak, beberapa bocah kecil berkumpul di beberapa titik. Ada yang sambil sibuk bermain dengan mainan yang baru dibeli. Atau hanya berkumpul dan saling bertukar cerita.
Di kanan dan kiri jalan, juga tampak kumpulan dari ibu-ibu muda, para remaja pun tak ketinggalan. Mereka membuat kelompok sendiri, sambil berfoto-foto.
Sesekali, terdengar riuh teriakan juga tawa. Aih, Gang Sapi sementara bertukar nama menjadi gang ceria. Momen ini selalu ada di saat hari raya.
Kecuali di Pos Ronda. Sudah dua hari, sekretariat Majelis Rukun Gang Sapi ini sepi.
***
Aku kembali melirik layar ponsel. Kubaca ulang, percakapan singkat sebelum maghrib tadi.
Engkong sudah selesai mengisi Mystery Challenge?
Sudah!
Jadi. Aku sudah boleh datang ke rumah?
Belum!!!
Aku menghitung ulang pesan terakhir yang dikirim Engkong. Hitunganku tak salah! Ada tiga tanda seru, di akhir kata belum. Itu level waspada! Engkong masih dalam kondisi: Tak Bisa Diganggu.
"Kenapa harus tiga? Kan, fungsinya sama?"
Sekali waktu, pernah kuajukan pertanyaan tentang penggunaan tiga tanda seru itu. Menurutku, satu tanda saja sudah cukup.
"Itu bedanya sandi, Anak Muda! Tak harus turuti tata tulis, tata baca, dan tata-tata lainnya!"
"Sandi juga bahasa, kan?"
Aku ingat waktu itu. Mata Engkong menatapku lurus. Akupun tahu. Aku seperti seekor kancil yang bernyali mungil, tak sengaja menggelitik ketiak harimau yang sedang lapar.
Namun, akupun tahu, Engkong yang sejak lama kukenal, bukan lagi harimau lapar. Telah berubah seperti keran air. Jika dibuka, maka sentiasa mengalir arus hikmah bijaksana dan bijaksini. Pertanyaanku, memastikan keran itu terbuka.
"Bahasa itu ada yang baik, dan ada yang benar. Kau pernah dengar pakem ini?"
"Pernah!"
"Versi siapa?"
"EYD?
"Bukan!"
"Mosok PUEBI lagi? Kan sudah balik lagi..."
"Tidak!"
"KBBI?"
"No!"
"Ya udah. Menurut guru Bahasa Indonesia?"
Saat itu, tawa Engkong meledak usai mendengar jawaban terakhirku. Hanya sesaat. Aku menahan jengkel, melihat Tetua gang sapi itu gelengkan kepala. Jawaban terakhirku pun berujung keliru.
"Versi Pengguna!"
"Hah?"
"Begitu seharusnya! Bahasa yang baik dan benar itu tergantung siapa penggunanya. Jika kau pergi ke...."
Keran air seketika meminjam raga Engkong, dan mulai mengalirkan beragam kisah dan pengalaman yang dilandasi berbagai teori sebagai penguat argumentasi. Semua aliran kisah itu biasanya akan saling terhubung.
Demi suatu kebenaran dan pembenaran dari satu pertanyaan. Apatah lagi  jika berwujud satu bantahan.
"Begitu juga dengan bahasa sandi Majelis Rukun Gang Sapi. Tak harus tunduk dengan kaidah bahasa. Yang penting, penggunanya mengerti!"
Seingatku, saat itu tak lagi ada pertanyaan, apalagi bantahan dariku.
Tunggu aku di Pos Ronda!!!
Satu pesan tampil di layar ponselku. Engkong memintaku menunggu. Dengan menggunakan tiga tanda seru.
Akupun bergegas meraih sapu. Engkong tak pernah mengizinkan lantai papan pos ronda berdebu.
***
Tak ada orang lain. Engkong datang sendirian. Usai bertukar ucapan saling meminta maaf dan selamat lebaran. Engkong langsung mengajukan pertanyaan.
"Kau sudah ikut quiz Mystery Challenge hari ini?"
"Sudah!"
"Berapa nilaimu?"
"Rahasia!"
Engkong tertawa. Kemudian ajukan dua jari jempol yang menempel di ujung tangannya padaku. Seperti biasa. Aku harus bersiap. Pujian Engkong tak pernah gratisan.
"Kau tahu kotak Pandora?"
"Hah!"
Aku terkejut dengan pertanyaan Engkong yang tiba-tiba. Sekali lagi. Suara tawa Koordinator Majelis Rukun Gang Sapi itu, tanpa permisi melesat ke liang telingaku.
"Jika merujuk pada kisahnya. Kotak Pandora itu bukanlah seperti kotak yang kau dan aku pahami. Tapi berbentuk guci yang digunakan untuk menyimpan barang. Dan guci berbeda jauh dari bentuk kotak, kan?"
Kali ini. Tanpa pertanyaan dan tanpa bantahan, keran air kembali menguasai raga Engkong. Akupun dengan cepat mengatur otakku, untuk menyediakan ruang kosong.
"Terus, kenapa disebut kotak? Kenapa tidak disebut Guci Pandora?"
Dua pertanyaan beruntun keluar tanpa jeda. Akupun memilih diam, dan mendengarkan. Aku tahu, pertanyaan itu tak butuh jawabanku.
"Karena salah terjemahan! Akibatnya bisa berujung salah pengertian!"
Kalimat singkat mencelat tanpa penghalang ke liang telingaku. Mata Engkong menatapku. Tatapan menunggu. Aku memilih bisu. Tak mampu menebak arah percakapa dari lawan bicaraku.
"Begini. Sebutan Kotak Pandora itu keliru, jika berpijak pada kisah serta lukisan tentang Pandora. Lebih tepat disebut Guci Pandora. Kenapa aku tiba-tiba membahas ini? Karena mendengar jawabanmu tadi!"
Kurasakan dahiku berkerut. Akalku dipaksa menyusun ulang ingatan tentang jawabanku tadi. Gugup, kuulangi jawabanku, saat nilai kuis mystery challenge-ku tadi ditanyakan Engkong.
"Rahasia?"
"Iya. Kau memilih jawaban yang tepat!"
Kurasakan udara segar Gang Sapi leluasa menyapa nyaris semua pori-poriku. Lega!
"Sejak sore tadi, kuajukan pertanyaan yang sama pada beberapa orang. Ada yang menyebutkan nilainya. Namun, ada juga yang menawab: Misteri."
"Misteri?"
"Alasannya: Karena nama kuisnya Mystery Challenge, maka skornya juga misteri!"
"Wah! Benar juga!"
"Salah!"
Tiba-tiba. Dan tanpa aba-aba. Engkong bangkit berdiri.
"Ada perbedaan antara kata rahasia dan kata misteri. Kau cari di KBBI!"
Tanpa permisi. Engkong beranjak pergi. Meninggalkan aku dan pos ronda, serta Gang Sapi yang berangsur dikuasai sepi.
***
Aku baru saja memutar kunci pintu, ketika terasa ada getaran halus di saku bajuku. Ponselku menerima pesan baru. Dari Engkong.
Aku baru selesai mengisi quiz mystery Challenge. Mau tahu nilaiku?
Kubaca ulang pesan itu. Tiga kali kubaca. Tak ada tanda seru pada pesan itu. Kubalas pesang Engkong.
Berapa?
Tak perlu menunggu. Pesanku langsung dibalas.
Misteri!!!
Kali ini. Jelas terlihat ada tiga tanda seru. Kemudian disusul satu pesan terbaru.
Sudah tahu perbedaan antara rahasia dan misteri? Cari di KBBI!!!
Dua pesan beruntun . Dan keduanya memiliki tiga tanda seru. Kuhapus ketikan "belum" di ruang balas pesan. Segera kututup aplikasi percakapan via pesan.Â
Dua ujung jempol milikku bergantian memburu satu aplikasi di layar ponselku bertuliskan: KBBI.
Curup, 23.04.2023
zaldy chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H