Satu pesan tampil di layar ponselku. Engkong memintaku menunggu. Dengan menggunakan tiga tanda seru.
Akupun bergegas meraih sapu. Engkong tak pernah mengizinkan lantai papan pos ronda berdebu.
***
Tak ada orang lain. Engkong datang sendirian. Usai bertukar ucapan saling meminta maaf dan selamat lebaran. Engkong langsung mengajukan pertanyaan.
"Kau sudah ikut quiz Mystery Challenge hari ini?"
"Sudah!"
"Berapa nilaimu?"
"Rahasia!"
Engkong tertawa. Kemudian ajukan dua jari jempol yang menempel di ujung tangannya padaku. Seperti biasa. Aku harus bersiap. Pujian Engkong tak pernah gratisan.
"Kau tahu kotak Pandora?"
"Hah!"
Aku terkejut dengan pertanyaan Engkong yang tiba-tiba. Sekali lagi. Suara tawa Koordinator Majelis Rukun Gang Sapi itu, tanpa permisi melesat ke liang telingaku.
"Jika merujuk pada kisahnya. Kotak Pandora itu bukanlah seperti kotak yang kau dan aku pahami. Tapi berbentuk guci yang digunakan untuk menyimpan barang. Dan guci berbeda jauh dari bentuk kotak, kan?"
Kali ini. Tanpa pertanyaan dan tanpa bantahan, keran air kembali menguasai raga Engkong. Akupun dengan cepat mengatur otakku, untuk menyediakan ruang kosong.
"Terus, kenapa disebut kotak? Kenapa tidak disebut Guci Pandora?"
Dua pertanyaan beruntun keluar tanpa jeda. Akupun memilih diam, dan mendengarkan. Aku tahu, pertanyaan itu tak butuh jawabanku.