Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kertas Catatan

14 Juni 2020   17:56 Diperbarui: 15 Juni 2020   15:45 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pun jadi tahu. Karena itu, Wak Narto seringkali menggoda dan menjodohkanmu denganku. Padahal, tak sekalipun kau dan aku pernah bertegur sapa, apalagi berbicara. Acapkali terjadi, hanya bertukar tatapan mata.

Gadis titipan belum muncul, Wak?”

“Kau rindu?”

Tiga tahun menjadi pelanggan minum kopi, aku terbiasa dengan kalimat menohok ala Wak Narto. Semua pelanggan memahami itu. Wak Narto selalu bicara apa adanya. Tapi, semua pelanggan merasa istimewa, karena pelayanan dan racikan kopinya.

“Udah lima hari, ya?”

“Empat hari! Kemarin, malam ketiga ibunya, kan?”

***

Aku menunda beranjak pergi, saat melihatmu melangkah pelan ke warung Wak Narto. Matamu menatapku. Sejenak langkahmu terhenti. Ragu. Hari itu, dua minggu setelah pemakaman ibumu.

“Apa kabar, gadis titipan?”

Itu pertanyaan pertama. Juga kalimat partamaku untukmu. Kau terkejut. Tapi memilih meneruskan langkahmu menemui pemilik warung. Dari arah belakang punggung, terdengar suara tawa Wak Narto.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun