“Wak. Beli minyak goreng satu kilo. Kecap manis satu! Terus…“
“Kecapnya, yang botol atau…”
“Botol Besar! Garam 1 bungkus, yang halus. Terus…”
Sosok kecil itu terdiam. Matanya serius memperhatikan secarik kertas yang telah lecek. Kedua tangannya, sibuk membolakbalikkan kertas itu. Berusaha mengeja ulang tulisan dengan huruf besar-besar. Karya calon siswa kelas 1 SD.
“Ada lagi?”
“Sebentar, Wak. Tulisan di catatan ini...”
“Pasti jelek! Beda dengan tulisan ayah dan ibumu! Haha…”
***
Sejak usai maghrib tadi, kau sibuk di meja makan. Buku tulis kecil, pena serta kalkulator mini menemanimu. Setiap akhir minggu, kau memiliki ritual itu. Aku tahu, kau terbiasa lakukan itu sebelum menjadi istriku.
Aku duduk di sisi kananmu, membuka catatan di ponsel, mencari bahan tulisan. Kurasakan, tanganmu menyentuh lenganku.
“Mau nulis, Mas?”