Selain Patahan Bukit Barisan yang membelah pulau Sumatra, Tanah Rejang juga memiliki Patahan Semangko. Gempa tahun 1979 berkekuatan 6,5 SR, tercatat dalam sejarah gempa dahsyat oleh orangtuaku dulu. Kukira, ini menjadi salah satu alasan, adanya Stasiun BMKG di propinsi Bengkulu.
Seperti pada paragraf pertama tulisan ini, semakin berkurangnya Umeak Potong Jang. Otomatis beranda semakin berkurang, kan?
Dulu, beranda Umeak Potong Jang. Tak hanya sebagai tempat santuy sambil minum kopi di pagi hari, sebelum berangkat atau setelah pulang bekerja. Namun juga menjadi ruang untuk memulai interaksi dengan jiran tetangga yang lalu lalang di depan rumah.
"Singgeak!"
"Ngupi kileak!"
Ajakan "Singgah!" atau "ngopi, dulu!" kerap terdengar. Tak hanya itu, beranda juga menjadi tempat pertemuan informal masyarakat Rejang saat menerima tamu. jika bahan pembicaraan dianggap penting atau rahasia, tamu baru diajak masuk ke ruang utama.
Bagi anak muda Rejang, beranda juga menjadi ukuran. Jika saat bertandang ke rumah anak gadis di malam minggu, ternyata tak sekalipun menerima tawaran dari orangtua si gadis untuk diajak masuk ke rumah. Diterima bertamu hanya sebatas beranda ini, bermakna "penolakan". Walaupun perih, tapi halus, kan?
Oh iya, beranda pun bisa berfungsi sebagai tempat menjemur pakaian. Hihi...
Seiring perkembangan zaman dan maraknya pembangunan, yang dipengaruhi budaya modern atau memang karena perubahan alih fungsi rumah oleh pemiliknya. Umeak Potong Jang dengan segala simbol dan maknanya, suatu saat bisa saja dilupakan atau tinggal kenangan.