Kedua. Adaptasi pola makan.
Pergeseran waktu makan serta dorongan dari dalam diri, acapkali menjadikan momen berbuka puasa sebagai ajang "pembalasan".Â
"Biasanya, di awal Ramadan selera sahur turun drastis. Tapi selera berbuka naik drastis!"Â
Misal? Pagi hari, saat brangkat kerja melihat gerbak cendol, diingat-ingat dan dicatat dalam hati. Siang, mendengar orang membahas masakan rendang jengkol, juga dicatat. Di televisi nonton beragam menu berbuka, dicatat lagi. Semua ingin dibeli dan dikonsumsi saat berbuka.
Ketiga. Adaptasi Pola Tidur atau Istirahat
Selama Ramadan, mau tak mau, kita juga musti mendisain ulang waktu idur juga beristirahat, kan? Agar stamina tubuh bisa bertahan tak hanya hingga berbuka, namun juga sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.
Tiga adaptasi itu, kemudian melahirkan disiplin diri. Ramadan adalah waktu yang tepat buat belajar disiplin, tapi bagaimana jika gagal beradaptasi dengan tiga hal tersebut?
Disiplin Diri adalah Kunci
Hingga artikel ini kutulis, anak-anakku masih demo atas keputusanku. "Berbuka tanpa es". Padahal, biasanya anak-anak doyan sop es buah, atau es dogan atau minuman apapun yang berhubungan dengan es.
Bukan tanpa alasan larangan itu. Seperti di awal tulisan, kampungku selalu dihujani hujan. Suhu udara yang lembab, jika gagal melakukan tiga adaptasi (adaptasi waktu dan kegiatasn, pola makan, tidur dan istirahat), anak-anakku akan rentan terserang sakit.
Biasanya diawali, dengan flu. Rentetan berikutnya, gegara sukar bernafas dengan hidung, akhirnya bernafas dengan mulut. Proses ini, mengakibatkan radang tenggorokan. Jika sudah begitu, demam dan batuk akan menyusul, tah?