"Pergilah! Senja tak pernah memintamu menunggu! Masih ingat?"
***
"Kalau sehat! Kuajak Ayah ke pantai!"
"Ayah sehat, Nak!"
Lima tahun tahun hanya melewati waktu di antara sekat-sekat kamar tidur, kamar mandi, ruang makan, dan beranda rumah, terasa bergerak begitu lambat.
Tak sebanding dengan laju masa duapuluh tahun usai ombak besar menghajar dari segala arah senja itu, yang merampas semua milikku. Kecuali gadis kecilmu.
"Sebentar! Coba aku bujuk menantu Ayah yang ganteng itu, ya?"
Wajah satu-satunya anakmu, kembali hadir di kamar tidur. Kukira senyummu berpindah padanya. Juga lembut jemarimu yang menyentuh lenganku. Tapi tanpa cubitanmu.
"Besok kita berangkat, Yah! Syaratnya..."
"Ayah sudah sehat, Nak! Percayalah! Biarkan Ayah..."
"Aku tahu. Ini bukan tentang pantai. Tapi, Ayah rindu ibu, kan?"