"Senja lagi?"
Kau tak butuh jawaban. Tersisa jejak basah dan hangat di pipi kiriku, sebelum kau beranjak keluar dari kamar.
***
"Untuk Mas! Mungkin sayembara menulis yang kemarin!"
Tangan kananmu menyerahkan surat bersampul coklat. Tak butuh waktu lama, sekilas kubaca alamat pengirim. Tergesa mengeluarkan isinya, dan mataku menekuri dua lembar kertas yang terlipat rapi.
Kau diam menunggu dihadapku. Matamu penuh selidik dan ingin tahu. Kuserahkan dan kubiarkan isi surat itu berpindah tangan.
"Hamdallah!"
"Iya. Rezeki ini!"
Tanganku mengusap pelan perutmu yang terus membesar. Kau tersenyum, meraih tangan kananku dan mengantarkannya ke bibirmu. Jika begitu, maka tangan kiriku tertuntun mengusap pelan helai rambutmu.
"Mas harus pergi, kan?"
"Iya. Ada workshop-nya. Tapi..."