Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja Tak Pernah Memintamu Menunggu

5 April 2020   19:48 Diperbarui: 6 April 2020   09:26 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"Aku ingin melihat senja, lalu memikirkanmu."  

Sore ini, perjalanan hari kembali tanpa cahaya mentari. Cahayanya bertahan di balik butiran hujan yang berjatuhan. Menemani deru angin yang menyapa tirai jendela. Akupun tahu. Takkan ada jawabmu.

***

"Mas suka senja, kan? Kenapa?"

Kenapa? Ada seribu satu alasan sekaligus jawaban untuk menjelaskan kata tanya itu. Mataku menatap riak ombak yang perlahan menjauh dari bibir pantai. Kurasakan kau menunggu.

"Mamas..."

"Gak tahu!"

"Iiih..."

Perih terasa di lengan kiriku. Tapi aku terlatih menghadapi duet jari jempol dan jari telunjuk milikmu. Jika sudah begitu, tak akan ada senyummu untukku.

"Harus jawab, ya?"

"Mana ada suka tanpa alasan!"

"Kau harus tahu. Senja tak pernah memintamu menunggu!"

Kuabaikan kerutan di dahimu. Hingga, sekali lagi perih kurasakan. Lengan yang sama. Tempat yang sama. Dan duet jemari yang sama. Tapi lebih lama dari cubitan pertama.

"Dasar..."

Kalimatmu terhenti. Menguap di antara debur ombak yang membasuh pasir putih. Matamu mengikuti jari telunjukku nun jauh di tengah lautan. Menyaksikan semburat jingga menyisakan mozaik yang tak terucap oleh kata-kata.

"Indah, Mas!"

Kurasakan dekap erat lenganmu, perlahan kepalamu bersandar di bahu kiriku. Suatu saat, kuingin kau mengerti. Ada satu hal yang tak tenggelam saat kedatangan senja. Yaitu rasa.

***

"Nulis puisi, Mas?"

"Belum tahu! Kayaknya dijadikan cerpen aja!"

"Haha..."

Segelas kopi sudah tersaji di sudut meja. Kali ini, kau tak beranjak dari sisiku. Tiba-tiba kurasakan tubuhmu menambah berat badanku. Dua tanganmu pun memenuhi leherku. Memaksa jemariku berhenti menyentuh keyboard.

"Senja lagi?"

Kau tak butuh jawaban. Tersisa jejak basah dan hangat di pipi kiriku, sebelum kau beranjak keluar dari kamar.

***

"Untuk Mas! Mungkin sayembara menulis yang kemarin!"

Tangan kananmu menyerahkan surat bersampul coklat. Tak butuh waktu lama, sekilas kubaca alamat pengirim. Tergesa mengeluarkan isinya, dan mataku menekuri dua lembar kertas yang terlipat rapi.

Kau diam menunggu dihadapku. Matamu penuh selidik dan ingin tahu. Kuserahkan dan kubiarkan isi surat itu berpindah tangan.

"Hamdallah!"

"Iya. Rezeki ini!"

Tanganku mengusap pelan perutmu yang terus membesar. Kau tersenyum, meraih tangan kananku dan mengantarkannya ke bibirmu. Jika begitu, maka tangan kiriku tertuntun mengusap pelan helai rambutmu.

"Mas harus pergi, kan?"

"Iya. Ada workshop-nya. Tapi..."

"Pergilah! Senja tak pernah memintamu menunggu! Masih ingat?"

***

"Kalau sehat! Kuajak Ayah ke pantai!"

"Ayah sehat, Nak!"

Lima tahun tahun hanya melewati waktu di antara sekat-sekat kamar tidur, kamar mandi, ruang makan, dan beranda rumah, terasa bergerak begitu lambat.

Tak sebanding dengan laju masa duapuluh tahun usai ombak besar menghajar dari segala arah senja itu, yang merampas semua milikku. Kecuali gadis kecilmu.

"Sebentar! Coba aku bujuk menantu Ayah yang ganteng itu, ya?"

Wajah satu-satunya anakmu, kembali hadir di kamar tidur. Kukira senyummu berpindah padanya. Juga lembut jemarimu yang menyentuh lenganku. Tapi tanpa cubitanmu.

"Besok kita berangkat, Yah! Syaratnya..."

"Ayah sudah sehat, Nak! Percayalah! Biarkan Ayah..."

"Aku tahu. Ini bukan tentang pantai. Tapi, Ayah rindu ibu, kan?"


Curup, 05.04.2020

Zaldychan

Untukmu, Bro!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun