"Tapi.."
"Mau jadi apa anak Bapak, nanti? Masa kini, teknologi..."
Kukira, satu jam pertemuan. Dan berakhir dengan pilihan, anakku tetap bersekolah di sini atau pindah. Sekali lagi, kupandangi wajah Bu Anis. Senyuman dan mata itu kurasakan tertuju untukku. Mungkin agak lama, hingga kepala sekolah pun mengikuti sorot mataku.
"Bapak mengenal Bu Anis?"
"Iya."
"Artinya, Bapak alumni sekolah ini?"
"Belasan tahun lalu. Beliau guru yang hebat!"
"Iya. Satu-satunya guru teladan yang pernah mewakili sekolah ini!"
"Beliau pantas menerima itu, kan?"
"Saya pun ingin seperti Bu Anis. Mudah-mudahan tahun ini giliran saya!"
Tak ada lagi yang perlu diujarkan. Juga tak ada senyuman dan tak ada acara bertukar salam. Aku segera keluar dari ruangan kepala sekolah. Paru-paruku ingin menghirup udara segar, menggantikan aroma parfum yang pekat di ruang kepala sekolah. Melewati poster "Budayakan 3 S". Aku jadi, tahu, sosok guru di poster itu adalah ibu kepala sekolah.