Siang itu hangat. Terik matahari di angka satu. Terdengar, jejak langkah naiki tangga. Tak perlu kutanya. Wajah Amak hadir di ujung tangga. Pulang dari masjid. Amak tersenyum padamu. Kemudian menatapku.
"Gak malu! Nunik datang. Belum bangun!"
"Salah Nunik, Mak!"
"Eh! Kok, Salahkan Nunik?"
Kupilih strategi keliru. Gunakan kata salah. Di hadapan dua perempuanku. Aku tertawa garuk kepala. Amak memilih duduk di sebelahmu. Kau tersenyum.
"Kalau begitu, salahkan matahari aja!"
"Lah?"
"Kenapa terlalu cepat keluar!"
Nyaris bersamaan, kau dan Amak tertawa. Ucapan salam terdengar di lantai satu. Dua adikku pulang. Evi mengajar di SD dan Chal masih kelas dua MA. Keduanya, segera naik ke atas. Bertukar salam, dan menghilang ke kamar masing-masing.
Kau menatapku. Kutunjuk ke beranda. Kau geleng kepala. Dan anggukkan kepala, saat telunjukku ke bawah. Kau dan aku bicara tanpa suara. Wajahmu memerah, ketika Amak melihat anggukanmu. Aku tertawa.
"Amak mau nonton, kan?""