Terlambat! Beningmu tak bisa kucegah. Perlahan gelengkan kepala. Kau tundukkan wajah. Kubiarkan, hening menata rasamu. Lebih baik kutunggu. Kau takkan datang, jika hanya sekedar aku melihat mataair matamu.
Sunyi penuhi ruang tamu. Kau bertahan dengan rasa dan airmatamu. Tak bersuara. Aku pun jadi tahu. Kau ingin aku yang bertanya. Kuusap pelan kepalamu.
"Mas ambilkan minum, ya?"
"Nik puasa, Mas!"
"Kalau Nangisnya lama, Mas buatkan teh! Biar tambah semangat!"
Perih terasa di pinggang kiriku. Duet jarimu beraksi. Kau berusaha menahan tawamu. Aku tersenyum. Kuacak kepalamu. Kau usap beningmu.
"Mau cerita?"
"Nik..."
"Gak usah paksa. Kalau gak mau!"
"Nik minta maaf, Mas!"
"Kan, tadi udah?"