Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

NIK | "Just The Way I Am" [9]

19 September 2019   08:15 Diperbarui: 19 September 2019   08:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"Keluarga dari Curup, sudah berangkat, Mas!"

"Semua?"

"Iya!"

"Syukurlah."


Sebagai anak bungsu. Sejak tamat sekolah dasar. Kau hidup berpisah dengan Ayah dan Mamak. Di Curup, kau tinggal bersama saudaramu. Kemudian di Kota Bengkulu, dengan pamanmu. Dan selesaikan kuliah di Padang. Tanpa ada sanak saudara.

Kau diam menatapku. D imatamu, kau simpan sesuatu. Kuacak kepalamu. Aku segera berdiri. Kau terkejut, tak bergerak dari dudukmu. Kuraih tanganmu. Sedikit enggan, akhirnya kau berdiri.

"Mas..."

"Sarapan, yuk?"

Sesaat, kau terdiam menatapku. Anggukkan kepala. Kau ikuti langkahku. Tinggalkan Aula. Tanganmu kembali rengkuh lengan kiriku. Naluri menuntunku. Tak perlu kutanya sebab. Bersisian berjalan pelan. Keluar gerbang kampus. Seberangi jalan Labor. Masuki Warung Mak Itam. Disambut senyum One, sapaan akrab istri pemilik warung. Kukira berusia limapuluhan.

"Lama gak kesini, ya?"

"Haha..."

"Udah nikah, kan?"

"Amiin..."

"Lontong tunjang, kan? Di bungkus?"

"Di sini aja!"


One anggukkan kepala. Warung masih sepi. Kupilih duduk di sudut warung. Kau duduk di sisiku. Matamu melotot menatapku. Keningku berkerut.


"Kenapa?"

"Mas bohong!"

"Hah?"

"Mas bilang sudah nikah?"

"Bukan Mas! One yang tanya!"

"Jawaban Mas itu..."

"Amiin, tah? Bukan sudah atau iya!"

"Tapi..."

"Anggap aja do'a!"

"Iiih..."


Pagi itu, lengan dan bahuku panen raya cubitanmu. Aku tertawa. Tak lagi bicara. Kau raih dua gelas kosong. Tuangkan air, kau ajukan satu padaku. Langsung kureguk. Bersisa setengah. Kau tertawa. Tuangkan lagi sepenuh gelas.

"Mas ngopi lagi?"

"Gak!"

"Tapi, tadi kopinya..."

"Mas mau buatan Nunik!"


One datang. Tersenyum memandangmu. Sajikan dua piring berisi lontong. Dan segera pergi. Tanpa aba-aba, dan tak sempat kucegah. Gerakmu cepat. Nyaris separuh isi piring di hadapmu, sudah berpindah ke piringku. Aku menatapmu. Kau tertawa.

"Mas, gak makan di jalan, kan?"

"Makan!"

"Mie kuah, kan?"

"Tanggung! Kenapa gak disalin semua?"

"Mau lagi?"

"Gak!"


Kau hafal kebiasaanku. Jika di perjalanan. Berangkat dari Curup, sore kemaren. Hingga setengah enam pagi tadi, tiba di Padang. Bus Putra Raflesia, hanya dua kali berhenti. Di Muara Rupit, kupesan segelas kopi susu. Serta di Gunung Medan. Kunikmati mie kuah pengganjal perut.

Pembeli silih berganti. Datang dan pergi. Kau dan aku tetap di warung. Dalam diam, kunikmati rokok. Sejak awal makan, hingga selesai. Matamu tak lepas dariku. Kau perhatikan gerikku. Kubiarkan. Kau telusuri rasamu, dengan caramu.

Bersamaan. Kau dan aku bertukar pandang. Tetiba, kau tundukkan wajahmu. Aku tahu. Sejak di Aula, ada gumpalan resah di matamu. Kau ingin ujarkan sesuatu. Tapi kau memilih diam. Bahumu bergerak perlahan. Tanda bagiku. Kau tak lagi mampu menahan tangismu. Aku berbisik lirih.

"Jangan di sini, Nik!"

Kuusap pelan kepalamu. Kau anggukkan kepala. Aku berdiri, kau menatapku dan mengerti. Saatnya pergi. Terburu, kau usap beningmu. Kutemui One, kau berdiri di sampingku. Wajahmu tertunduk. One menatapku.

"Menantu, kenapa?"

"Mungkin sakit perut!"

"Masuk angin?"

"Belum tahu!"

"Jejangan istrimu sudah..."

"Semoga! Makasih, One! Eh, Aduuuuh..."


Aku terkejut! Tetiba, ada perih di pinggangku. Tak lagi bersuara, aku segera mengajakmu pergi. Hindari rasa ingin tahu, juga tatapan bingung One. Cepat, kau samai langkah kakiku. Kembali masuki gerbang kampus. Kulepaskan tawa, sambil menatapmu. Wajahmu memerah.

"Jahil!"

"Mau jawab apa? Mata Nunik terkena kuah lontong?"

"Iya!"

"Ya udah! Mas balik lagi ke..."

"Jangan...!"

zaldychan

getmarried | amanoftheworld | justforyou | thosethreewords | justhewayiam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun