Bertubi pukulan, disusul cubitan. Hadir di bahu dan lenganku. Tangismu bercampur tawa. Beningmu masih bersisa di sudut matamu. Aku tertawa. Kau menatapku.
"Kenapa gak bilang?"
"Nik rindu?"
"Kenapa Mas..."
"Iya, kan?"
"Gak!"
"Ya udah! Mas pulang?"
"Iiih..."
Aku baru tahu. Cubitmu pun rindu lenganku. Juga mengerti. Kau tak butuh jawabku. Kau ingin hadirku. Kuusap beningmu. Wajahmu merah saga. Segera melirik ke pintu juga jendela. Aku tertawa. Tahu, kau khawatir, jika ada yang melihat ulahku. Kau raih gelas di meja. Kau ajukan padaku.
"Minum, Mas!"
Kuraih gelas di tanganmu. Kureguk kopi. Aku tersenyum menatapmu. Sambil garuk kepala. Kau tertawa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!