"Iya..."
"Nangis?"
"Nik tunggu sampai jam sepuluh! Mas gak nelpon! Tapi Nik mengerti kalau..."
"Masak air, mau?"
"Hah?"
"Air panas, ada?"
"Masak air? Air panas?"
"Mas belum ngopi!"
Tak lagi menunggu jawabmu. Segera kututup telpon. Keluar dari wartel. Berjalan cepat, telusuri Jalan Cendrawasih. Berjarak seratus meter dari rumah kostmu.
Riuh terdengar dari arah beranda. Saat kumasuki pintu pagar. Beberapa teriakan memanggil namamu. Ibu kost tersenyum. Menyambut salamku. Juga beberapa teman satu kostmu.
Kulihat, kau hadir sesaat di pintu. Tanpa jilbab. Namun segera lenyap, menyisakan tawa Teman-temanmu melihat panikmu. Satu-persatu pun segera masuk ke rumah. Tersisa ibu kost. Temaniku duduk di beranda.