"Nik gak berfikir sampai..."
"Haha..."
"Waktu bareng Mas! Tak ada yang..."
"Mas yang ditanya!"
Kau diam. Kembali kureguk kopi, kuserahkan gelas padamu. Kau reguk sedikit. Gelas bersisa kopi setengah, kau letakkan kembali di meja.
"Itu simbol! Jika lelaki Minang ajak perempuan ke kampung! Pernah Mas bilang, kan?"
"Iya!"
"Apalagi bersama Amak?"
"Tapi, kita belum..."
"Apa?"
Kulempar Tanya, sambil menatapmu. Tanyaku tak berjawab. Kau tersadar. Tanganmu bergerak ingin tutupi wajahmu. Tapi terlambat. Tanganku mencegah itu. Tak ada lagi yang bisa kau lakukan. Kecuali tundukkan kepala. Selamatkan jengahmu dari tatapanku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!