"Mas minta Nunik berfikir. Sebelum putuskan ikut, kan?"
"Iya..."
"Artinya, siap terima resiko!"
"Hah?"
"Bersedia jadi menantu!"
Plak!plak!plak!
Bertubi. Pukulanmu hadir di lenganku. Kau tertawa. Aku tidak. Segera kau hentikan tawamu. Ucapanku, bukan candaan.
"Itu bukan ajakan biasa! Tapi pengumuman..."
Kau menatapku. Berusaha mengerti. Sebagai gadis keturunan jawa, merantau ke ranah minang. Berkali, kau tanya dan nyatakan perbedaan tradisi. Hingga acapkali. Adaptasi dan kehati-hatian itu. Selamatkanmu.
Tetiba, wajahmu memerah. Kau tundukkan kepalamu. Kukira, kau sudah pahami ujaranku. Kali ini, aku yang tertawa. Perih terasa di lenganku. Cubitmu hadir. Pelan dan semakin kuat. Mewakili rasamu malam itu.
"Anggap aja, Amak pamer!"