"Haha..."
"Kapan dan apapun yang terjadi nanti! Mesti dapat restu!"
"Jika tidak?"
"Harus!"
"Semisal Ayah dan Mamak..."
"Nik mau, kan?"
Kau terdiam. Mengenal nada suaraku. Itu bukan lagi pertanyaan. Juga tak butuh jawabmu. Sesaat kau menatapku. Meraih gelas berkopi. Seraya tersenyum. Kau ajukan padaku. Tak kau biarkan. Kusentuh gelas itu. Aku mengerti inginmu.
Agak ragu, kureguk kopi dari gelas di tanganmu. Tawamu pecah, saat tanganku sibuk menghapus ampas kopi di sekitar mulutku.
"Gak ikhlas!"
"Haha..."
"Ditanya lain. Dikerjakan lain!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!