"Kan, ada Amak?"
"Iya. Tapi Nik..."
"Malu? Bilangnya mau jadi menantu?"
Wajahmu memerah. Kau ingat. Tak kuizinkan, kau lewati lebih dari ruang tamu. Tak lagi ada bicara. Hingga sampai rumah. Amak menyambutmu di ruang tamu. Juga Abak dan Pipinx.
Selalu berlaku hukum alam. Secara naluriah, Amak memegang tanganmu. Kau melirikku. Kuangkat bahu. Dua perempuanku, memisahkan diri. Segera ke belakang.
Bergantian, kau dan Amak sajikan sarapan pagi di atas meja tamu. Lontong sayur, juga agar-agar buatanmu. Tak butuh waktu lama. Berlima menikmati menu pagi itu.
Meja di ruang tamu. Sudah kembali rapi. Bersisa sepiring agar-agar. Kecuali dirimu, berempat. Bertukar cerita. Namun terhenti. Saat kau muncul dari belakang. Kemudian segera duduk di kursi di sebelah Amak. Semua mata menatapmu. Kau tersenyum. Tapi sikapmu tak seperti biasa.
"Di Curup panen padi, Bak?"
"Iya! Tapi banyak terserang hama tikus!"
"Kopi?"
"Belum! Lagi musim hujan. Jadi buahnya berkurang!"