Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

NIK | "Just for You" [10]

9 Agustus 2019   08:15 Diperbarui: 9 Agustus 2019   08:28 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Skripsiku tak lagi bertebaran di meja. Sudah kau susun rapi, ke dalam kantong plastik. Kureguk kopi. Diam berfikir. Mencari cara alihkan alur bicara. Agar tak lagi ada beningmu.

"Mas.."

"Bentar! Lagi mikir!"

"Tentang?"

"Belum tahu! Kan masih mikir?"

"Iiih!"

"Mas jadi lupa!"

"Nik mau tanya. Tapi dijawab, ya?"

"Apa?"

"Wisuda nanti. Amak datang, kan?"

Aku terdiam. Suratku minggu lalu, belum dibalas. Tak bisa kujawab tanyamu. Kuhempas pelan asap rokokku.

"Tunggu seminggu lagi, ya?"

"Hah?"

"Mas belum bisa jawab! Jika..."

Kalimatku terhenti. Kau tersenyum. Menggenggam tanganku dan anggukkan kepala. Aku bersandar di kursi. Dari senyummu, kau mengerti jalan fikiranku.

"Amak pasti datang, Mas!"

"Iya. Semoga!"

Beranda hening. Kau dan aku nikmati sunyi. Aku tak tahu yang kau fikirkan. Tapi aku jadi berfikir tentang Amak juga keluarga di Curup. Sembilan tahun, kutinggalkan keluarga. Untuk wujudkan inginku. Empat tahun di Padang Panjang. Lima tahun di Padang. Tak cukup hitungan sepuluh jari. Aku pulang ke Curup.

"Mas?"

"Hah!"

"Kenapa diam?"

"Oh!"

"Mikirkan apa?"

"Nunik!"

"Iiih..."


Cubitanmu. Alihkan fikiranku. Kau tertawa. Kulirik jam di tanganmu. Lima belas menit. Sebelum jam sembilan. Kau perhatikan itu. Kau ubah posisimu. Ke hadapku.

"Mas mau pulang?"

"Belum jam sembilan, kan?"

"Kenapa lihat jam?"

"Biar tahu."

"Mas?"

Itu caramu. Tak puas jawabku. Kau menatapku. Mata itu menuntut penjelasan. Aku tertawa. Kuacak kepalamu. Kunyalakan rokok. Kau hanya melihat. Tak komentar.

"Mas sembilan tahun. Jauh dari keluarga..."


Kutarik nafas pelan. Aku mesti memilih kalimat. Jika bicara tentang keluarga. Beningmu akan hadir. Kau diam, menunggu kalimatku.

"Mas jarang pulang, kan?"

"Juga malas kirim surat!"

"Kan ada Nunik?"

"Beda! Anak Amak itu Mas, kan?"

"Lupa!"


Plak!

Selamat! Aku tak harus jelaskan alur fikirku. Kau tertawa, gelengkan kepala. Kureguk sisa kopiku. Kau mengerti. Aku harus pulang. Kuraih kantong plastik berisi skripsi. Kau ikuti langkahku. Hingga aku berhenti di pagar rumahmu. Aku menatapmu. Kau menunggu.


"Mas pulang!"

"Iya. Hati-hati.."

"Bentar! Mas mau nanya!"

"Apa?"

"Nik mau jadi anak Amak?"

"Hah?"

"Jangan mau!"

"Eh?"

"Nanti Mas jadi susah!"

"Kenapa?"

"Harus cari Amak baru!"

"Haha..."

"Mau atau tidak?"

"Gak mau! Nanti Mas susah!"

"Bagus!"

"Haha..."

"Nunik jadi menantu aja, ya?"

#Nik

#GetMarried #ThereisaWay #SpeakYourMind #UnforgettableMoment # AmanofTheWorld #JusforYou

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun