"Nik ikut Mas!"
"Tapi..."
"Biar Nik bantu bawa tas sandang!"
"Berat! Cuma..."
"Nik ikut!"
Aneh! Dalam hitungan menit. Rasa dan sikapmu beda. Aku tersenyum. Kau tidak. Kulepas tas sandang, kuserahan padamu. Tak ada reaksi di wajahmu. Saat tas sandang berpindah tangan. Kupanggul sekaligus, dua tas besar. Tak bersuara, tak juga menunggu. Perlahan berjalan masuki gang masjid. Kau di belakangku.
Bajuku basah oleh keringat. Akibat terik jam satu, matahari kota padang. Kuturunkan dua tas hitam, saat kucapai pintu rumah. Nafasku sesak. Kubuka pintu rumah. Kupindahkan tas ke dalam kamar.
Agak lama. Kau belum juga muncul. Aku segera ke kamar mandi segarkan diri. Berganti baju, bahan kaos dan celana jeans. Dua suara perempuan sudah kukenal, ucapkan salam. Aku keluar kamar sambil menjawab salam. Kau dan Uni warung, biasa kupanggil begitu. Pemilik warung depan rumah kost. Sudah di ruang tamu.
Tak perlu diminta, kau letakkan tas di meja tamu. Dua botol air mineral, kau keluarkan dari kantong plastik warna hitam. Kau duduk. Uni warung tetap berdiri. Tersenyum menatapku. Aku diajak bertukar salam.
"Nunik cerita! Selamat, ya?"
"Makasih, Uni!"