Kau tertawa. Aku tahu. Ancaman itu pasti gagal. Tanpa aba-aba. Dua kali, sendokmu pindahkan nasi ke mangkok soto di hadapmu.
Dua mangkok dan satu piring, sudah kosong sejak tadi. Gelas kopiku, masih bersisa setengah. Hujan belum reda. Kau menulis ulang di bukumu, teori skripsi hasil contekan kilat. Di TB Sari Anggrek tadi.
Aku berdiri. Meraih lipatan kertas di saku belakang celanaku. Hasil tulisan tanganku. Kuserahkan padamu.
"Ini! Disalin lagi, ya?"
"Mas, Ini tulisan atau..."
"Itu lukisan pemandangan!"
"Haha..."
"Kalau datang siang, ada teman Mas yang kerja di situ!"
"Jadi?"
"Iya! Mas bebas nulis. Paling diminta hati-hati, kalau bukunya disampul plastik!"
"Kasihan teman Mas!"