Ya, Anda tetap perlu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat meski sudah vaksinasi COVID, sebab di lingkungan masyarakat masih belum terbentuk herd-immunity atau kekebalan berkelompok untuk penyakit COVID.
- Apa yang bisa dilakukan untuk membantu memutus rantai penularan COVID dan menghentikan pandemi setelah divaksinasi?
- Tetap menjalankan protokol kesehatan
- Ikut serta dalam edukasi sekitar untuk partisipasi dalam program vaksinasi COVID
KELEBIHAN
Kelebihan dari artikel ini adalah Pada dasarnya efek samping yang dirasakan pasca melakukan vaksin adalah hal wajar, seperti demam, sakit kepala, atau nyeri di beberapa bagian tubuh. Efek samping ini muncul sebagai tanda bahwa tubuh sedang membangun sistem imun baru terhadap virus COVID-19. Penyintas COVID-19 sekalipun tetap harus mendapatkan vaksin. Meskipun penyintas COVID-19 telah memiliki antibodi sendiri yang diproduksi secara alami dalam tubuh mereka, masih belum diketahui tingkat kekebalan itu akan bertahan berapa lama. Sehingga, vaksin COVID-19 dapat memberikan kekebalan tambahan. Dapat mengakhiri pandemi covid-19, Vaksin COVID-19 dapat membantu kita mencapai semua keinginan itu. Meskipun dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak mampu mengurangi penyebaran virus COVID-19, tapi itu tidak cukup untuk mengakhiri pandemi. Vaksin COVID-19 membantu membangun kekebalan terhadap virus COVID-19. Sehingga, bila terpapar virus tubuh sudah dapat melawannya.
KELEMAHAN
- KIPI
- KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan yang terjadi setelah pemberian imunisasi, dan belum tentu memiliki hubungan sebab akibat dengan vaksin. KIPI diklasifikasikan dalam lima kategori berdasarkan penyebabnya :
- Reaksi KIPI terkait komponen vaksin
KIPI yang terjadi dalam kategori ini disebabkan oleh satu atau beberapa komponen yang terkandung di dalam vaksin. Komponen-komponen vaksin antara lain antigen, adjuvan, antibiotik, dan bahan pengawet (stabilizer dan preservatives).
- Reaksi KIPI terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI dengan kategori ini disebabkan adanya cacat mutu dalam produk vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang disediakan produsen.
- Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
Cara pelarutan vaksin dan pemberian vaksin yang salah menjadi penyebab KIPI kategori ini. Contohnya jarum yang masuk ke dalam vial untuk mengambil vaksin tidak steril.
- Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan yang dirasakan penerima vaksin saat atau sesudah pemberian vaksin.
- Kejadian Koinsiden
Semua reaksi KIPI yang terjadi di luar hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya masuk ke dalam kategori ini. Contohnya, demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi. Situasi ini disebut sebagai asosiasi temporal, yaitu dua atau lebih kejadian yang terjadi bersamaan. Kejadian pertama bisa jadi berhubungan atau tidak berhubungan dengan kejadian berikutnya.
- KIPI Vaksin Covid-19 yang Mungkin Terjadi dan Antisipasinya
Setelah kamu divaksin, petugas kesehatan akan mempersilakan kamu beristirahat terlebih dahulu untuk observasi. Hal ini dilakukan untuk meninjau apakah ada gejala berat yang terjadi pascavaksinasi. Tiap orang mengalami reaksi berbeda-beda, sehingga kita perlu mempelajari reaksi-reaksi yang berpotensi muncul. Reaksi terhadap vaksin bisa dibagi menjadi dua, yakni reaksi ringan dan reaksi berat.
- Reaksi Ringan
Reaksi ini bisa sembuh sendiri dan hampir tidak memerlukan perawatan khusus. Reaksi ringan terbagi menjadi dua:
- Reaksi lokal adalah reaksi yang terjadi pada area tubuh tertentu seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak di tempat suntikan. Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis. Antisipasi: kompres dingin pada titik yang bermasalah dan konsumsi paracetamol.
- Reaksi sistemik yang berhubungan dengan sistem atau keseluruhan tubuh. Reaksi sistemik berupa demam, nyeri otot seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (atralgia), badan lemah, atau sakit kepala. Antisipasi: minum yang banyak, gunakan pakaian yang nyaman, kompres dingin di bagian yang terasa nyeri, dan konsumsi paracetamol.
- Reaksi Berat