Dua kebiasaan ini tidak bisa menipu mata dan dua hal ini bisa menjadi acuan untuk mengenali karakter manusia. Setelah mengenali maka keputusan kembali ke tangan masing-masing, apakah akan meneruskan hubungan sosial dengannya atau lari darinya. Bila seseorang merasa mampu untuk mengacuhkan orang-orang yang berkebiasaan negatif, cepat atau lambat akan mengalami kesakitan pada mentalnya dan merubah kebiasaan baik menjadi tidak baik karena level emosi positif menjadi turun drastis.
Namun bagaimana bila kekerasan terjadi dalam rumah tangga yang dilakukan anak pada orang tua, atau suami pada istri dan sebaliknya? anak tidak bisa dibuang atau dilepaskan, beda dengan suami atau istri yang sewaktu-waktu bisa bercerai. Kembali pada pola asuh memberi kasih sayang sesuai dengan porsinya.
Anak yang didengarkan keluhannya, dibela dan diberi nasihat dengan cara bercerita, seluruh data positif disertai dengan wujud perilaku baik yang diperlihatkan padanya akan sampai dan masuk ke dalam amygdalanya melalui visual dan auditorinya dan dilakukan terus menerus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H