Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bisakah Kekerasan Dihentikan?

18 Oktober 2024   10:43 Diperbarui: 18 Oktober 2024   12:13 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekejaman bermula dari matinya hati nurani akibat dari merasa diri tidak berharga atau justru merasa diri sangat penting. Orang yang pernah mengalami kekerasan dalam keluarganya cenderung sulit menguasai diri, seolah ia mempunyai hak untuk membalaskan rasa sakitnya pada siapa saja. Mengapa emosi harus diurai?

Agar tidak terjadi ledakan dan meradiasi sekitarnya. Emosi adalah energi, emosi negatif yang cenderung ditekan dan disimpan akan memberikan dampak yang tidak baik bagi dirinya maupun sekitarnya.

Pernahkah kita melihat seorang anak yang sering dipukul, disalahkan, dikurung di dalam ruang gelap dan akhirnya anak tersebut membunuh kedua orang tuanya? Seorang ayah yang memukul bayinya hingga tewas?, dan seorang istri yang selalu dianiaya membakar suaminya? Hal ini disebabkan karena ledakan emosi yang tidak terkendali dan menghilangkan kesadarannya.

Namun ada juga individu yang tidak sanggup melakukan kekejian itu, tetapi mengalami bipolar dan schizophrenia, karena cenderung menekan emosinya ke dalam hatinya. Mendengar bisikan seolah harus menganiaya dan membunuh anggota keluarganya. Letupan dan ledakan emosi ini membuat manusia sulit mengendalikan diri dan menjadi sosok lain yang tidak sama lagi dengan dirinya yang dulu.

Kekerasan di luar terjadi karena adanya kekerasan di dalam keluarga yang menjauhkannya dari kesadaran bahwa ia seolah tidak pantas untuk bahagia. Akhirnya ia menyakiti orang lain tanpa belas kasihan, seolah semua orang harus mendapatkan hal yang sama seperti dirinya. Minimal ia menjadi sosok pendengki, tidak suka dengan kebahagiaan orang lain karena ia sulit memperoleh kebahagiaan itu.

Berdasarkan rasa yang jauh dari kesadaran inilah yang membuat manusia menjadi putus asa dan kejam kepada orang lain. Apakah bisa diobati secara permanen?, tentu saja sulit karena hormon yang mengatur rasa bahagianya telah terubah oleh memori yang buruk dan menyakitkan. Ia akan kesulitan mengobati diri tanpa tenaga profesional.

Lalu apakah bisa dihilangkan kekerasan di dunia ini?, tentu saja tidak semudah itu. Ada kemauan ada jalan, tapi persoalannya adalah apakah yang melakukan kekerasan itu menyadari perbuatannya atau justru santai saja. Berbicara tentang kesadaran adalah bagian dari hidayah atau petunjuk bahwa hal yang ia lakukan itu sebenarnya tidak baik dan merugikan.

Apa yang Harus Dilakukan Agar Terlindung dari Target Kekerasan?

Mengenali orang baik atau buruk tidak terlalu mudah karena banyaknya manipulasi yang dilakukan oleh pelaku. Seorang manipulatif tentu saja akan memutar balik fakta dan cara yang lebih halus agar calon korban masuk ke dalam perangkapnya. Lalu bagaimana supaya mudah mengenalinya? Lagi-lagi tentang energi, seseorang yang berenergi positif tinggi dan banyak pengetahuan tentang ilmu jiwa akan sangat mudah mengenali para manipulatif.

Budaya Indonesia yang kental dengan keramahannya, merasa tidak enakan untuk menolak, mudah percaya ketika seseorang berbicara tentang agama dan cenderung ditelan saja tanpa menganalisis atau mencari informasi lebih dalam. Hal demikian membuka kesempatan bagi manipulatif untuk menguasai dan merajai alam bawah sadar calon korban. Semakin berkembang kekerasan yang didominasi dengan dua strategi yaitu secara verbal dan non verbal.

Kekerasan sulit dihentikan karena tidak adanya kesadaran untuk menciptakan suasana yang aman dan damai. Orang yang sehat akan menciptakan pola yang sehat dan orang yang sakit cenderung bersama dengan pola yang tidak bisa diterima oleh tubuh fisik dan psikisnya. Pola-pola tidak sehat yang dilakukan cenderung merugikan dirinya dan orang lain, ia tidak peduli dengan Kesehatan psikisnya sudah tentu ia akan mengabaikan kesehatan fisiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun